Mohon tunggu...
Jelarang Kusuma
Jelarang Kusuma Mohon Tunggu... -

Anak hutan yang ke kota.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sepak Terjang Sudirman Said di Bisnis Minyak

24 November 2015   11:38 Diperbarui: 24 November 2015   11:48 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua kisah tentang SS bermula di Pertamina. Kedekatannya dengan Endriartono Sutarto, Panglima TNI era SBY saat menjadi bagian Tim Penataan Unit Bisnis TNI sekaligus Komisaris Utama Pertamina, membuat nama SS dititipkan kepada Ari Soemarno, Dirut Pertamina, agar diberi jabatan. SS kemudian menjadi staf ahli Dirut.

 

Ari Sumarno merupakan pegawai karir di Pertamina yang mengawali kerjanya di bagian pengolahan. Karirnya sesungguhnya sudah tamat pada awal 1990-an, ketika dia terbukti melakukan penyimpangan dalam pembangunan Kilang LNG Bontang. Silakan baca Ari Soemarno Dirut Pertamina yang Pernah Terpinggirkan. Jabatan Ari diturunkan dan tidak diberikan kewenangan apapun.

Pasca-reformasi, Ari dipromosikan menjadi Presiden Direktur Petral Singapura, perusahaan yang menjadi trading arms Pertamina dalam memasok minyak mentah dan BBM untuk kebutuhan dalam negeri. Pencapaian Ari ini tidak lepas dari dukungan cukong migas sekaligus gurunya, Nasrat Muzayyin (Baca di: http://concordenergygroup.com/about-us/our-people/knowledge-base/).

Selang beberapa waktu kemudian, Muhammad Reza Chalid, salah satu murit Nasrat lainnya, diberi akses luas Purnomo Yusgiantoro (waktu itu Menteri ESDM) untuk masuk dan belajar di Petral, sekaligus berkongsi dengan Ari. Tapi, di kemudian hari keberadaan Reza mengusik Nasrat.

Pada tahun 2004, Ari Sumarno dipromosikan menjadi Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina. Posisinya di Petral digantikan oleh Hanung Budya dan posisi Hanung sebagai Vice President digantikan oleh Daniel Purba. Pada saat ini, Reza sudah mulai menguasai Petral dan menyingkirkan keberadaan Nasrat.

Nasrat lalu komplain ke Ari. Hubungan keduanya renggang. Melalui Purnomo Yusgiantoro, waktu itu, terumuskanlah satu formula kesepakatan antara sang Guru dan muridnya, dalam bisnis pengadaan minyak mentah dan BBM Pertamina. Nasrat, karena sudah kenyang puluhan tahun mendapat porsi 30% dan Reza memegang 50% dari total pasokan yang dibutuhkan. 20% sisanya dibagi-bagi untuk akomodasi pihak lain.

Perdamaian bisnis ini membuat Ari Soemarno mendapat jatah saham 35% di Concord Energy, milih Nasrat.

Ari lalu diangkat menjadi Dirut Pertamina pada tahun 2008. Di Pertamina era Ari Soemarno, muncul tiga aktor migas baru yang langsung berkoordinasi ke Ari, yaitu SS, Widhyawan Prawiraatmadja (saat ini Staf Ahli Menteri ESDM), dan Karen Agustiawan (sosok yang pada akhirnya menggantikan Ari Soemarno sebagai Dirut). SS yang pada awalnya dijadikan staf ahli selanjutnya diberi tugas sebagai Senior Vice President (SVP) untuk Integrated Supply Chain (ISC).

ISC merupakan unit baru yang dibentuk untuk menggantikan peran Petral dalam pasokan minyak mentah dan BBM nasional. ISC direkayasa ke publik sebagai antitesis Petral, dipimpin sosok antikorupsi yang aktivis Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), SS, dan karenanya patut didukung Presiden dan publik. Padahal di baliknya, ini adalah langkah untuk memuluskan upaya Concord Energy menguasai bisnis migas Pertamina sekaligus perlahan menyingkirkan Petral.

Untuk menjalankan pekerjaan, SS dibantu Daniel Purba yang diberi jabatan VP di ISC. Daniel Purba adalah orang kepercayaan Ari Soemarno dan punya pengetahuan soal migas lebih baik daripada SS.

November 2008, SS menandatangani Sales and Purchase Agreement atas nama ISC Pertamina untuk volume 4 juta barel minyak mentah dengan harga yang telah diatur. SS menyalahi prosedur tata cara pengadaan minyak di Pertamina yang tak memperbolehkan penunjukan langsung dan tidak disepakati oleh SVP lainnya, Karen Agustiawan dan Windhyawan Prawiraatmadja. Karen yang menjadi Dirut menggantikan Ari Soemarno pada 2009 membatalkan itu dan memutasi SS.

Selepas dicampakkan dari ISC Pertamina karena kelakuannya yang tidak transparan, SS ditampung oleh Indika Energy, salah satu perusahaan energi dan migas nasional. Karirnya diawali dari Direktur SDM di Petrosea dan jadi Direktur SDM di holding Indika Energy.

SS kemudian sempat menjadi Dirut Pindad (baca di: http://www.pindad.com/sudirman-said-direktur-utama-pindad-yang-baru), perusahaan plat merah yang bergerak di alat persenjataan dan kendaraan tempur. Masuknya SS tidak lepas dari peran Syafrie Syamsoeddin, yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan.

Namanya kembali berhubungan dengan migas setelah masuk daftar menteri ESDM. Meski tidak populer, SS terpilih menjadi Menteri ESDM. Hal ini karena dia orang kepercayaan Ari Soemarno, yang tidak jadi Menteri ESDM karena adiknya, Rini Soemarno diplot sebagai Menteri BUMN. Di sinilah SS kemudian berada dalam satu tim dengan Rini Soemarno di Kabinet Kerja.

Kebijakan SS saat di Pertamina berhubungan dengan National Oil Corporation (NOC) kembali dilanjutkan. Saat menjadi Menteri ESDM, SS rajin mendatangi NOC di Timur Tengah, seperti Aramco, Ednoc, Kuwait Petro, dan lainnya. Tujuannya untuk memuluskan adanya deal ISC Pertamina dengan NOC tertentu yang diatur oleh Concord Energy. Daniel Purba yang menjabat sebagai SVP ISC berulangkali mengajukan proposal pergantian prosedur tata cara mendapatkan pasokan migas, yakni dengan cara penunjukan langsung ke NOC. Dwi Soetjipto, Dirut Pertamina, sampai hari ini mendiamkan usulan itu dan tidak bersedia menandatanganinya. Rini Soemarno pun menekan Dwi untuk menegen perubahan tata cara tersebut.

Itu semua dilakukan untuk melancarkan gagasan yang sempat tertunda pada tahun 2008. SS, Ari Sumarno, dan Daniel Purba sering bertemu di bilangan Bundaran Hotel Indonesia untuk menyusun rencana busuk dalam rangka menyukseskan ISC dan Concord Energy dalam memasok minyak mentah dan BBM ke Indonesia.

Melihat sepak terjangnya bisa disinyalir bahwa SS adalah bagian dari mafia migas. Bukan aktivis pemberantasan mafia migas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun