November 2008, SS menandatangani Sales and Purchase Agreement atas nama ISC Pertamina untuk volume 4 juta barel minyak mentah dengan harga yang telah diatur. SS menyalahi prosedur tata cara pengadaan minyak di Pertamina yang tak memperbolehkan penunjukan langsung dan tidak disepakati oleh SVP lainnya, Karen Agustiawan dan Windhyawan Prawiraatmadja. Karen yang menjadi Dirut menggantikan Ari Soemarno pada 2009 membatalkan itu dan memutasi SS.
Selepas dicampakkan dari ISC Pertamina karena kelakuannya yang tidak transparan, SS ditampung oleh Indika Energy, salah satu perusahaan energi dan migas nasional. Karirnya diawali dari Direktur SDM di Petrosea dan jadi Direktur SDM di holding Indika Energy.
SS kemudian sempat menjadi Dirut Pindad (baca di: http://www.pindad.com/sudirman-said-direktur-utama-pindad-yang-baru), perusahaan plat merah yang bergerak di alat persenjataan dan kendaraan tempur. Masuknya SS tidak lepas dari peran Syafrie Syamsoeddin, yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan.
Namanya kembali berhubungan dengan migas setelah masuk daftar menteri ESDM. Meski tidak populer, SS terpilih menjadi Menteri ESDM. Hal ini karena dia orang kepercayaan Ari Soemarno, yang tidak jadi Menteri ESDM karena adiknya, Rini Soemarno diplot sebagai Menteri BUMN. Di sinilah SS kemudian berada dalam satu tim dengan Rini Soemarno di Kabinet Kerja.
Kebijakan SS saat di Pertamina berhubungan dengan National Oil Corporation (NOC) kembali dilanjutkan. Saat menjadi Menteri ESDM, SS rajin mendatangi NOC di Timur Tengah, seperti Aramco, Ednoc, Kuwait Petro, dan lainnya. Tujuannya untuk memuluskan adanya deal ISC Pertamina dengan NOC tertentu yang diatur oleh Concord Energy. Daniel Purba yang menjabat sebagai SVP ISC berulangkali mengajukan proposal pergantian prosedur tata cara mendapatkan pasokan migas, yakni dengan cara penunjukan langsung ke NOC. Dwi Soetjipto, Dirut Pertamina, sampai hari ini mendiamkan usulan itu dan tidak bersedia menandatanganinya. Rini Soemarno pun menekan Dwi untuk menegen perubahan tata cara tersebut.
Itu semua dilakukan untuk melancarkan gagasan yang sempat tertunda pada tahun 2008. SS, Ari Sumarno, dan Daniel Purba sering bertemu di bilangan Bundaran Hotel Indonesia untuk menyusun rencana busuk dalam rangka menyukseskan ISC dan Concord Energy dalam memasok minyak mentah dan BBM ke Indonesia.
Melihat sepak terjangnya bisa disinyalir bahwa SS adalah bagian dari mafia migas. Bukan aktivis pemberantasan mafia migas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H