Mohon tunggu...
Jelani Nira
Jelani Nira Mohon Tunggu... Supir - Belajar pengembangan diri

Ingin jadi kebanggaan keluarga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Bersyukur dan Memahami Rasa Syukur

6 November 2021   00:04 Diperbarui: 6 November 2021   00:06 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ungkapan atau kalimat bersyukur sering kita dengar, saya dan mungkin anda juga sering mengucapkan di dalam perjalanan sebuah  kehidupan, biasanya seseorang mengucapkan syukur di kala menerima atau mendengar suatu hal yang baik.

Hidup adalah belajar dan belajar terlambat akan lebih baik dari pada tidak sama sekali,berbagai banyak profesi mulai tukang ojek,pengemudi,petani,pedagang dan lain-lain,jika seorang pedagang kaki lima ingin belajar jadi pengusaha itu hal yang wajar,dan seorang karyawan ingin jadi bos itu juga masuk akal,apa ada seorang yang punya restauran ingin belajar menjadi pedagang emperan,mungkin kurang tepat.

Tidak semua orang mau belajar dari profesinya ke profesi lainnya,tergantung profesi masing- masing.Manusia adalah mahluk TUHAN yang telah di karuniai akal dan pikiran berbagai kenikmatan di dalam alam semesta, dan di stabilkan pergerakan organ di dalam tubuh kita yang kita tidak sadari,apapun  profesi kita apakah kita tidak mau belajar bersyukur,hingga membuat sebuah rasa"rasa syukur".

Apakah kita pernah menyadari di kala kita tidur,bagaimana jantung tetap berdenyut,bekerja memompa darah dan menyalurkan ke oragan- organ dalam  tubuh,kita tidak sadar karena di saat kita bangun tidur hanya tubuhnya yang terbangun,sementara jiwanya masih lelap.

Rasa syukur adalah sebuah konsep yang tida bisa di lahat dengan mata,rasa syukur kita muncul bila melihat ke atas ada yang lebih baik begitu melihat ke bawah ada yang kurang beruntung,rasa syukur tida bisa di ucapkan dan di dengarkan,kalaupun ada itu hanya kepalsuan.seseorang yang bersyukur dan sudah membentuk sebuah rasa, kita bisa melihat dari " indikator"yang muncul dari orang tersebut tanpa dia mengucapkan.

Sebagai perumpamaan,sepeda motor di mana semua "indikator-indikator" masih berfungsi dengan baik,bagaimana kita tau tinggal berapa bensin yang ada di dalam tangki motor,kita tahu karena melihat "indikator"jadi sejatinya yang mempunyai rasa syukur adalah motor tersebut,kita hanya bisa melihat "indikator".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun