Mohon tunggu...
La Here Kaharfin
La Here Kaharfin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Pengajar Universitas Negeri Gorontalo

Menjelajahi sisa usia dengan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengurai Kegalauan: Disonansi Kognitif Dibalik Dilema Emosional

30 September 2024   08:56 Diperbarui: 30 September 2024   13:57 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesimpulan:

Allah Subhanallahu Wataa'la menciptakan manusia dengan fitrah mencintai kebersihan, keindahan, kebenaran dan segala hal yang baik-baik dan membenci yang sebaliknya. Sesuatu hal yang baik dan buruk adalah dua sisi mata uang yang saling bertolak belakang namun tidak bisa dipisahkan dalam diri seseorang. Seseorang yang hidupnya cenderung pada hal-hal yang buruk akan membuatnya sangat sulit melakukan kebaikan. Dan sebaliknya seseorang yang cenderung pada kebaikan akan dimudahkan dalam menjauhi keburukan. Hal ini disebabkan seseorang akan berusaha untuk mengkonsistensikan perilakunya dengan keyakinan, perasaan dan nilai norma yang berlaku. Misal, seseorang yang masih pacaran, berjudi, buka aurat, nonton porno dan sebagainya dia akan susah melakukan kebaikan keagamaan seperti shalat dan baca alquran karena dia menganggap bahwa dia bukan orang baik dan tidak pantas untuk melakukan hal yang bertentangan dengan perilakunya selama ini. Begitu pula sebaliknya, orang yang menjaga dirinya dengan terus melakukan amal-amal kebaikan akan merasakan berat dihatinya ketika melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kebiasan perilaku dan keyakinannya selama ini.

Menggabungkan antara amal baik dan amal buruk dalam diri seseorang secara sunatullah (ketentuan Allah) akan menjadikan hidup menjadi galau, suntuk, tidak semangat menjalani hidup dan sejenisnya. Untuk itu, menjadi tugas utama seseorang adalah menetapkan diri pada hal yang tidak bertentangan dengan keyakinan baik, perasaan dan nilai norma untuk menghindari disonansi kognitif. Memang tidak mudah dan bahkan agak mustahil untuk menjaga diri kita dalam kebaikan terus menerus. Tapi kita masih mempunyai pilihan untuk bisa bangkit kembali memperbaiki diri melalui taubatan nasuha kepada Allah subhanalllahu wataa'la.

Semoga Allah mengampuni segala ketidakkonsistenan perilaku kita dimasa lalu, kini dan akan datang. Kesalahan kecil maupun besar. Sengaja dan tidak disengaja. Yang kita perlihatkan maupun yang kita sembunyikan. Semoga Allah Subhanallahu Wataa'la menentramkan hati-hati kita dan mencondongkannya pada amal kebaikan. Aamiin Ya Rabbal A'lamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun