Mohon tunggu...
Heri Agung Fitrianto
Heri Agung Fitrianto Mohon Tunggu... lainnya -

Penikmat wisata dan perjalanan yang tinggal di Kota Tuban - Jawa Timur.\r\n\r\nArtikel2 perjalanan saya yang menarik lainnya bisa Anda baca di blog saya : http://jelajah-nesia2.blogspot.com dan http://jelajah-nesia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Masjid Ajaib yang Indah dan Megah Di Malang

14 September 2013   10:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:55 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangunan pondok pesantren itu tampak berdiri megah di tengah perkampungan. Warga setempat menyebutnya sebagai Masjid Ajaib atau Masjid Tiban karena bentuknya yang seperti masjid dengan ornamen kubah dan hiasan tulisan arab seperti yang ada di masjid. Ada banyak keunikan dan keindahan pada bangunan ini yang menjadikan wisatawan berdatangan setiap hari untuk melihat dan menikmati pesona keindahannya.Apalagi gedung pondok pesantren itu sangat besar, luas dan megah karena terdiri dari 11 lantai.

Masjid Ajaib itu ada di daerah Turen , Kabupaten Malang - Jawa Timur. Nama bangunan itu selengkapnya adalah Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah). Nama yang cukup panjang yang mempunyai maknaLaut Madu atau " Fadilah Rohmat ".
Berada di tengah kawasan perkampungan, kemegahan bangunan ini segera tampak dari kejauhan. Memasuki kawasan pondok terdapat pintu gerbang dan bangunan pondok pesantren  yang sangat megah dan unik dengan berbagai ornamennya yang didominasi dengan warna putih,biru dan emas.
Sebelum memasuki kawasan pondok, setiap pengunjung atau rombongan harus lapor dulu ke pos petugas  di  Halte 1  yang berada di sebuah bangunan unik yang berwarna oranye di belakang gerbang untuk mendapatkan lembaran berupa izin masuk kawasan pondok.
Begitu pula bila pengunjung hendak pulang dan keluar harus melapor ke pos petugas di Halte II yang berada di bagian belakang pondok. Kesemuanya secara gratis  tanpa ada tiket masuk atau permintaan sumbangan . Kalau pun ada kotak untuk menerima sumbangan jumlahnya tak lebih dari 5 buah yang digunakan untuk pendanaan perawatan dan listrik saja.
Keadaan itu tentu sangat berbeda halnya dengan yang ada di  kawasan Gua dan Masjid Perut Bumi yang di Tuban dimana setiap pengunjung atau rombongan disodori buku permintaan sumbangan.Belum lagi banyaknya kotak sumbangan yang menghiasi setiap lorong yang dilalui.
Rasa decak kagum terasa tiada henti saat menyusuri dan memasuki pondok pesantren yang indah ini. Di dalamnya banyak terdapat ruangan dengan berbagai ornamen dan hiasan yang sangat indah dan artistik seperti Ruangan Aula, Ruangan Aquarium, Ruangan Ndalem dan sebagainya.
Untuk menuju ke ruangan-ruangan itu dengan menaiki dan menuruni tangga yang cukup banyak jumlahnya mengingat gedung ini terdiri dari 11 lantai. Walau dilengkapi dengan tanda petunjuk arah jalan, tetap saja ada banyak pengunjung yang kebingungan menyusuri tangga-tangga itu.
Ada tiga kemungkinan saat menyusuri ruangan-ruangannya yaitu tangga yang buntu, tangga yang memutar  menuju ke lokasi yang sama kembali atau tangga menuju ke lokasi yang berikutnya.Beberapa lantai dilengkapi dengan lift yang khusus diperuntukkan bagi tamu-tamu istimewa.
Diantara ruangan-ruangan  itu ada yang  berhiaskan pepohonan besar yang dibuat dari semen dengan hiasan dedaunan dan bunga-bunga dari plastik. Ada juga yang berhiaskan ala bebatuan di dalam gua. Yang unik, pada Lantai 7-10 terdapat banyak stand yang menjual berbagai jenis dagangan seperti makanan, pakaian, souvenir dan sebagainya.Bahkan pada puncak gedung terdapat taman yang disebut dengan nama Pegunungan lengkap dengan berbagai jenis tamanan, ornamen bebatuan dan kubah-kubah. Ada juga tiga ekor monyet liar yang dirantai di pilar-pilar yang ada disana.
Pondok Pesantren ini  konon mulai dibangun pada tahun 1978 oleh Romo Kiai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kiai Ahmad.
Begitu pula dengan artsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi. Tetapi merupakan  hasil dari istikharah ( Petunjuk Allah ) yang diperoleh  pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh.
Karena itu,  bentuk bangunannya menjadi sangat unik karena seperti perpaduan arsitektur bangunan yang ada di Timur Tengah, China dan bangunan modern. Untuk pembangunannya itu  pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat.
Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. Romo Kiai sudah mulai membangun pondok dengan material apa adanya. Misalnya bila  waktu itu adanya material berupa  batu merah saja maka batu merah itulah yang dipasang dengan luluh (adonan) dari tanah liat dan semen.
Pondok pesantren  ini berada  di areal seluas 4 hektare dan kira-kira baru 1,5 hektare dari luas tanah itu yang digunakan untuk bangunan utamanya. Tentu bisa dibayangkan betapa luasnya kawasan pondok pesantren ini.Di akhir kunjungan, pengujung diminta mengisi pendapat tentang ponpes ini tanpa harus dengan membayar uang sepeser pun. Hal ini tentu berbeda dengan tempat  serupa lainnya.
Berbagai komentar pun ada, yang kebanyakan menyatakan kekaguman akan kemegahan dan keindahan bangunan ponpes ini. Bahkan ada yang mengaku tersentuh hatinya ketika memasuki sebuah ruangan. Luar biasa !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun