Mohon tunggu...
Heri Agung Fitrianto
Heri Agung Fitrianto Mohon Tunggu... lainnya -

Penikmat wisata dan perjalanan yang tinggal di Kota Tuban - Jawa Timur.\r\n\r\nArtikel2 perjalanan saya yang menarik lainnya bisa Anda baca di blog saya : http://jelajah-nesia2.blogspot.com dan http://jelajah-nesia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jejak Kerajaan Majapahit di Trowulan - Mojokerto

4 Agustus 2013   21:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:37 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang istimewa dengan daerah Trowulan di Kabupaten Mojokerto - Jawa Timur. Di daerah yang berada di antara jalur Mojokerto menuju Jombang ini  banyak terdapat bangunan bersejarah berupa bangunan candi. Daerah ini diyakini oleh ahli sejarah merupakan lokasi kerajaan Majapahit yang masyhur sebagai kerajaan besar di Pulau Jawa pada masa lampau. Diantara jejak kebesaran kerajaan Majapahit itu tampak pada sosok Candi Wringin Lawang dan Candi Brahu.

1. Candi Wringin Lawang Suasana masih berkabut ketika pagi itu saya melangkahkan kaki memasuki sebuah jalan di Desa Jati Pasar , Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto - Jawa Timur. Di sudut bagian depan jalan masuk itu terdapat arca Ganesha dalam ukuran yang cukup besar.
Pada jarak 200 meter dari jalan raya Trowulan - Jombang itu tampak  sebuah bangunan yang  tinggi menjulang dengan bentuk yang agak tersamarkan oleh kabut .
Bangunan itu adalah Candi Wringin Lawang yang konon merupakan pintu gerbang menuju kompleks bangunan penting di Kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan yang sangat besar di nusantara pada masa lampau. Candi Wringin Lawang  merupakan salah satu dari sekian banyak bangunan kuno dan bersejarah yang terdapat di daerah Trowulan.
Candi itu disebut dengan nama Wring Lawang yang berarti Pintu Beringin. Terbuat dari bahan bata merah dengan luas dasar 13 x 11meter  dan tinggi 15,5 meter. Diperkirakan dibangun pada abad ke-14.
Candi yang berbentuk gerbang atau gapura seperti ini biasa  disebut bergaya " Candi Bentar" atau tipe " gerbang terbelah ". Gaya arsitektur seperti ini diduga muncul pada era Majapahit dan kini banyak ditemukan dalam arsitektur Bali.
Memasuki kawasan Candi Wringin Lawang ini suasananya sangat bersih dan asri oleh beraneka jenis tanaman hias, pohon maja dan pohon Trenggulun. Sebuah kolam kecil dengan tanaman teratainya yang berwarna mirabella tampak menghiasi halamannya. Ada rasa kagum yang membuncah ketika pandangan saya menyimak keindahan sosok candi ini.
Walau pada candi Wringin Lawang  tak terdapat hiasan , relief atau arca seperti candi-candi pada umumnya, namun bentuk dan arsitektur candi yang tampak geometris itu memberi perasaan kagum yang tiada hentinya pada keagungan peradaban masa kerajaan Majapahit itu.
Saat berada di bagian tengah gerbang itu, di salah satu sisi gerbang saya menjumpai ada tiga batu andesit yang  berjajar berbentuk persegi panjang . Pada salah satu batu itu terdapat relief pada bagian depannya. Tak jelas relief itu tentang apa dan apa maksudnya karena hanya berupa garis-garis yang membentuk pola tertentu saja.
Ada juga tungku kecil yang terbuat dari tanah liat untuk membakar dupa atau kemenyan. Selain itu juga ada bekas sesajian yang berupa daging ayam bagian kepala, cakar dan  pantat.
Rupanya sesajian daging ayam itu berasal dari warga setempat atau pengunjung candi yang mengadakan selamatan di Candi Wringin Lawang dengan bertempat di tiga batu yang berjajar itu.
Sesajian dan selamatan itu menjadi sudah menjadi tradisi dan dilakukan untuk menghormati Danyang atau Leluhur yang berada di Candi Wringin Lawang untuk kelancaran hajatan yang sedang dilakukan oleh warga  untuk menunaikan haul atau sesuatu niat yang telah  terlaksana.
2. Candi Brahu
Bangunan kuno yang   menjulang tinggi itu berada di kawasan persawahan. Dengan warnanya yang merah bata, bangunan itu  tampak mencolok. Candi Brahu adalah nama bangunan  itu. Candi ini merupakan salah satu peninggalan dan jejak kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan besar yang sangat masyhur di nusantara pada masa lampau.
Candi Brahu berada di Dukuh Jambu Mete, Desa Bejijong , Kecamatan Trowulan - Kabupaten Mojokerto atau sekitar 2 km dari Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur di  jalan raya Trowulan - Jombang . Cukup mudah untuk meunuju ke lokasinya karena berada di tepi jalan raya desa dengan akses jalan yang cukup baik. Sayang tidak ada angkutan umum yang menuju kesana selain ojek motor.
Melihat bentuk candi ini dari kejauhan, mengingatkan saya pada bentuk Candi Jabung yang berada di Kabupaten Probolinggo. Kedua candi tersebut sama-sama dibangun pada masa kerajaan Majapahit dan menggunakan bahan dari batu bata.
Menurut denah,  Candi Brahu berukuran 10 x 10,50 m dan tinggi 9,6 m . Pada tubuh candi berhias lornamen berbentuk garis-garis lipitan, bersudut banyak, tumpul dan berlekuk. Pada kedua sisinya terdapat tangga menuju ke bagian tengah candi. Namun untuk memelihara  Candi Brahu , pengunjung dilarang naik menuju ke bagian tengah candi itu. Pada bagian tengah candi terdapat lubang kecil yang merupakan  bilik berukuran 4 x 4 m.
Pada bagian atas  candi pada keempat sisinya terdapat bagian yang tampak rata yang saya kira berupa relief-relief seperti yang ada di candi jabung dan candi-candi lainnya. Tetapi ternyata itu bukan relief dan hanya tampak berupa bidang kosong yang tak beraturan saja. Begitu juga tak ada relief apapun pada bagian lainnya di candi ini
Sebagai bangunan bersejarah, Candi Brahu pernah diadakan peneletian oleh berbagai pihak. Pada penelitian itu diantaranya menemukan sisa-sisa arang di sekitar candi.
Dari kegiatan itu kemudian dianalisa oleh Pusat Penelitian Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) -  Yogyakarta.Hasilnya menunjukkan pertanggalan radio carbon arang pada Candi Brahu itu diperkirakan  berdiri pada masa tahun 1410 hingga tahun  1646.
Di sekitar kompleks candi pernah ditemukan benda-benda kuno lain, seperti alat upacara dari logam, perhiasan dan benda-benda lain dari emas, serta arca-arca logam .Benda-benda temuan itu  menunjukkan ciri-ciri ajaran Buddha, sehingga ditarik kesimpulan bahwa Candi Brahu merupakan candi Buddha.
Walaupun tak satupun arca Buddha yang didapati di sana, namun gaya bangunan serta sisa profil alas stupa yang terdapat di sisi tenggara atap candi menguatkan dugaan bahwa Candi Brahu memang merupakan candi Buddha.
Nama Candi Brahu  diperkirakan berasal dari kata 'Wanaru' atau 'Warahu', yaitu nama sebuah bangunan suci yang disebutkan di dalam prasasti tembaga 'Alasantan' yang ditemukan kira-kira 45 meter disebelah barat Candi Brahu. Prasasti ini dibuat pada tahun 861 Saka atas perintah Raja Mpu Sindok dari Kerajaan Kahuripan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun