Mohon tunggu...
Heri Agung Fitrianto
Heri Agung Fitrianto Mohon Tunggu... lainnya -

Penikmat wisata dan perjalanan yang tinggal di Kota Tuban - Jawa Timur.\r\n\r\nArtikel2 perjalanan saya yang menarik lainnya bisa Anda baca di blog saya : http://jelajah-nesia2.blogspot.com dan http://jelajah-nesia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ancaman Maut Di Balik Keindahan Gunung Kelud

24 Agustus 2013   07:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:53 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak Gunung Kelud itu tampak berwarna hitam pekat bagaikan gunungan gunungan batu bara.Bongkahan batu besar berserakan di sekitarnya. Bagi yang belum tahu, tentu tak pernah menyangka jika anak Gunung Kelud itu baru saja terbentuk sekitar lima tahun lalu. Tempat yang sebelumnya berupa danau kawah Gunung kelud itu  sejak Gunung Kelud menunjukkan aktifitas vulkaniknya pada tahun 2007.

Keberadaan anak Gunung Kelud ini menjadi pesona daya tarik dan keindahan tersendiri di kawasan wisata Gunung Kelud di Kediri - Jawa Timur.
Begitu pula pada malam hari, Gunung Kelud ini juga menunjukkan pesona keindahannya ketika lampu-lampu penerangan dengan cahaya yang sangat kuat dan berwarna-warni menerpanya.
Namun di balik keindahannya itu, banyak pihak yang mengkhawatirkan dan menduga dengan adanya anak Gunung Kelud itu justru bisa menjadi ancaman maut. Karena potensi letusan yang jauh lebih besar bisa terjadi bila kelak Gunung Kelud ini meletus lagi di masa mendatang.
Sejak tahun 1586 hingga 1990, gunung Kelud  yang berada di ketinggi 1791 mdpl telah  meletus sebanyak 28 kali.  Hingga saat ini, gunung berapi aktif itu  masih dalam pengawasan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung (BVMBG), yang bermarkas di desa Sugih Waras yang berada di kawasan wisata gunung Kelud.
Fenomena Anak Gunung Kelud ini terjadi sejak akhir September 2007 ketika Gunung Kelud menunjukkan aktifitas Vulkaniknya.Aktifitas vulkanologi mulai meningkat dan berlanjut hingga November.
Pada saat itu terjadi gempa-gempa tremor, suhu air danau awah meningkat dan warna berubah dari kehijauan menjadi putih keruh. BVMBG mengeluarkan status ‘awas’ (tertinggi). Penduduk yang tinggal di lereng gunung dalam radius 10 km (sekitar 135.000 jiwa) harus mengungsi. Tapi ternyata letusan tidak terjadi.
Pada  tanggal 3 November 2007, aktifitas Gunung Kelud kembali meningkat. Suhu air danau melebihi 74°C, jauh di atas gejala normal jika akan terjadi letusan, yaitu 40°C. alat pengukur suhu pun sampai rusak.
Getaran gempa tremor dengan amplitude besar (lebih dari 35 mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi. Namun kembali tidak terjadi letusan.
Muncul asap putih dari tengah danau, di ikuti munculnya kubah lava, yang terus tumbuh hingga melebar 100 meter.
Pertumbuhan kubah lava itu kemudian berhenti pada ketinggian 250 meter dengan diameter 400 meter. Sebelumnya masih ada pergerakan ke atas (meninggi) dan ke samping (melebar).
Para ahli terus berpendapat, kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi.
Energi letusan di pakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990. Lalu aktifitas pelepasan energi semakin berkurang, dan pada 8 November status Gunun Kelud di turunkan menjadi ‘siaga’.
Danau kawah Gunung Kelud yang seluas 24 hektar dan ada sebelumnya itu pun kini hanya tinggal sebagian kecil saja. Danau kawah itu telah  berganti wujudnya menjadi  anak Gunung Kelud.
Ketika dalam masa tenang, pengunjung dapat melihat dan mengamati anak Gunung kelud itu dalam jarak yang lebih dekat. Bisa dengan melihatnya di gardu-gardu pandang, dibawah rimbunnya pepohonan atau di tepi tangga yang menjadi lintasannya.
Pada saat-saat tertentu seperti saat Ritual Larung Sesaji Bulan Sura pada beberapa waktu yang lalu, wisatawan bisa masuk dan berada di kawasan di bagian bawah anak gunung Kelud.
Tetapi pada hari biasa akses jalan masuk dan menuju ke bagian bawah anak Gunung Kelud itu ditutup dan dikunci  karena dikhawatirkan terjadi guguran batuan, hembusan asap bertekanan tinggi, hingga kemungkinan gas beracun dan letusan freatik yang dapat terjadi tiba-tiba.
Untuk menuju ke bagian bawah anak Gunung Kelud itu tersedia akses jalan berupa tangga yang  diselingi dengan rerumputan dan semak-semak yang cukup tinggi.Begitu juga di sekitar tangga itu.
Melintasi tangga itu kita bisa menebarkan pandangan dengan melihat dan menikmati puncak-puncak yang mengelilingi Gunung Kelud seperti Puncak Sumbing, Puncak Kelud, Puncak Gedang dan Puncak Gajah Mungkur.
Ketika berada di bagian bawah anak Gunung Kelud itu saya menjumpai banyak sekali bongkahan batu besar disana. Pada lapisan bebatuan itu ditumbuhi oleh kerak dan lumut yang cukup tebal dan berwarna abu-abu.
Konon, di sekitar kawasan anak Gunung Kelud ini banyak terdapat tanaman bunga Edelweiss. Saya sebenarnya ingin bisa mencari dan mendapatkan bunga edelweiss itu disana. tetapi karena petugas penjaga pintu masuk memberikan aba-aba dan peringatan bahwa akses pintu masuk ke anak Gunung Kelud itu akan segera ditutup, membuat keinginan saya tentang bunga edelweiss itu harus tertunda.
Menikmati keindahan anak Gunung Kelud dengan berbagai fenomenanya itu, saya tidak bisa membayangkan bagaimana akibat dan pengaruhnya ya bila kelak Gunung Kelud ini akan meletus lagi di masa mendatang.
Bila dalam letusan Gunung Kelud  pada periode yang lalu telah melenyapkan danau kawah Gunung Kelud yang indah, entah ancaman maut apa yang akan terjadi bila anak Gunung Kelud yang menyimpan energi letusan yang sangat besar ini akan meletus kelak. ----------------------------------------------------------------------------------------------------- Artikel menarik lainnya tentang  Gunung Kelud itu  bisa Anda baca dengan Langsung Klik Link-link berikut ini : Eksotisme Ritual larung Sesaji Di Wisata Gunung Kelud Sesajian Dalam Ritual Larung Sesaji Gunung Kelud Sejuta Kekaguman Di Wisata Gunung Kelud Nuansa Menegangkan Di Terowongan Gunung Kelud Sembahyang Umat Hindu Di Gunung Kelud ----------------------------------------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun