Mohon tunggu...
Heri Agung Fitrianto
Heri Agung Fitrianto Mohon Tunggu... lainnya -

Penikmat wisata dan perjalanan yang tinggal di Kota Tuban - Jawa Timur.\r\n\r\nArtikel2 perjalanan saya yang menarik lainnya bisa Anda baca di blog saya : http://jelajah-nesia2.blogspot.com dan http://jelajah-nesia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Nostalgia Nikmatnya Tauwa Di Surabaya

26 Januari 2014   21:31 Diperbarui: 4 April 2017   17:20 4736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tauwa adalah nama makanan itu. Warnanya putih susu dengan bentukseperti puding. Teksturnya terasa sangat lembut sehingga hampir tidak bisa merasakannya ketika tauwa itu sedang kita nikmati. Kuah yang berupa minuman wedang jahe yang hangat menjadi pelengkap tauwa. Tauwa ini sangat mudah dijumpai karena biasanya banyak penjualnya yang menjajakan tauwa dengan berkeliling dari kampung ke kampung. Nikmatnya Oleh-oleh Khas Tuban Mereka biasanya menjual tauwa dengan menggunakan sepeda yang pada bagian belakangnya terdapat kotak-kotak kayu sebagai wadah tauwa, kompor, ceretdan sebagainya.

Walau tampak sederhana, siapa sangka kalau tauwa ini merupakan jejak kuliner peranakan Tionghoa di nusantara.
Menurut Dahana Adi, seroang pegiat sejarah dan budaya di Kota Surabaya  yang biasa dipanggil dengan Mas Ipung, tauwa disebut sebagai kuliner peranakan Tionghoa karena pada masa lampau makanan ini merupakan makanan favorit yang biasa dikonsumsi oleh etnis Tionghoa di Indonesia.
Sedangkan di Tiongkok sana tauwa ini tidak ada dan tidak dikenal. Orang-orang dari etnis Tionghoa di Indonesia itulah yang kemudian membuat dan mengolahnya yang memadukannya dengan bahan-bahan yang lainnya.Kuliner peranakan Tionghoa yang serupa juga dijumpai pada Tauco, bakso dan sebagainya.
Saya menjumpai pedagang tauwa ini ketika sedang melintas menuju ke kawasan makam Belanda di Peneleh – Surabaya. Saat itu saya melihat seorang penjual tauwa sedang melayani pembeli yang bercengkerama di sebuah warung.
Adalah Pak Santun ( 60), nama penjual Tauwa itu. Bapak ini mengatakan sudah berjualan tauwa ini sejak lama yang sayangnya dia lupa sejak tahun kapan memulainya. Yang jelas, saat itu yang dia ingat harga jual setiap mangkok tauwa itu seharga Rp 15. Bandingkan dengan harga tauwa sekarang yang dia jual Rp 3000.
Pak Santun juga menuturkan, pada masa lampautauwa buatannya cukup digemari dan punya banyak pelanggan dari berbagai daerah di kota Surabaya. Dalam sehari rata-rata dia bisa membutuhkan 5 kg kedelai sebagai bahan baku utama untuk membuat tauwa.Untuk membuat tauwa itu,dia menggunakan alat penggiling kedelai yang terbuat dari batu untuk mengambil sari kedelainya.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman, usaha Pak Santun masih tetap bertahan hingga saat ini. Walau masa keemasannya telah berlalu, pada saat ini setidaknyatauwa Pak Santun ini juga masih memiliki banyak penggemar.
Selama ini dia rata-rata membutuhkan 2-3 kg kedelai yang dia olah dengan menggunakan alatpenggiling yang terbuat dari logam dan digerakkan dengan tangan.Selain mesin penggiling kedelai yang sudah berubah, peralatan dan perlengkapan yang dia gunakan untuk berjualan tauwa juga sama bentuknya dengan yang dia gunakan pada masa yang lampau.
Selain tauwanya yang cukup menarik, juga ada hal yang menarik lainnya yaitu wadah ceret yang berisi minuman wedang jahe yang terbuat dari sari rimpang jahe. Minuman itu harus selalu hangat. Karena itu penjualnya juga menyiapkan kompor untuk kembali menghangatkannya bila minuman itu menjadi dingin.
Entah bagaimana awal dan hubungannya antara tauwa yang lembut itu itu bisa berpadu dengan minuman wedang jahe yang hangat. Namun ketika menikmatinya karena pengaruh dari minuman jahe, badan juga terasa lebih hangat.
Karena teksturnya yang sangat lembut, menikmati tauwa ini tentu tidak bisa terasa mengenyangkan. Selain untuk menghangatkan badan,biasanya pembeli merasa tak cukup hanya denganmembeli tauwa seporsi saja.
Selain dijajakan secara berkeliling, tauwa ini juga ada yang menjualnya di warung-warung makanan.
Ada juga menjual Tauwa  di rumah makan dan restoran lainnya dengan tampilan yang lebih menarik dan tentunya harga yang jauh lebih mahal. Tauwa …., sebuah jejak kuliner peranakan Tionghoayang eksotisdi nusantara. Cara Jitu dan GRATIS Untuk Promosi Blog / Website

Jenazah Utuh Terkubur 35 Tahun

Penampakan Jin,Tuyul dan Pocong Di Tuban

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun