Sejak musim dingin enggan beranjak
di ruang kosong. Aku getol bersajak
perihal bulan yang tergantung
di dinding kamar. Ia menjelma
almanak bergambarÂ
:kenangan yang sama.
Jantungku yang masih waras
beradu sakti dengan waktu,
berdegup lebih kencang
merespon reaksi kejut
setiapkali menanti,
menyaksikan bulan beranak
anak angka yang ditanggalkan,
begitu saja.
Sementara bola mata
samar-samar kabur
dari kepungan senja yang riuh
di luar. Aku menjadi rabun
membaca kenyataan.
Dan waktu enggan mengalah
Ia membius lewat ketukan
reggae yang lena
hingga aku tak lagi dapat
terbaca kenyataan.
Kiranya benar,
hidup adalah ironi.
~hers,3516