Lelaki berperawakan tinggi besar itu, terus merayap dengan senjata di tangannya. Ia sama sekali tak gentar menembus pertahanan lawan. Di depannya terlihat puluhan meriam yang berdentum silih berganti, seolah tak pernah habis amunisi. Namun ia terus merayap.
Dari medan kering, basah, hingga berlumpur terus diterjangnya tanpa ragu. Hingga pada satu titik, beberapa anggota pasukan musuh menyergapnya.
“Rambo mati! Rambo mati!” Mereka mengabarkan kematian Rambo, seolah kemenangan telah diraih. Kabar yang tentu saja memancing hampir seluruh pasukan musuh untuk mendekat, menjemput detik-detik kemenangannya.
Rambo memang satu-satunya sosok heroik yang paling diwaspadai dan paling ditakuti. Nyatanya, aksi heroik kali ini hanyalah siasat belaka. Terbukti, saat hampir seluruh pasukan musuh meninggalkan garis pertahanannya. Segerombolan pasukan menyergap dan mengepung garis pertahanan utama dari sayap kiri. Garis pertahanan musuh pun berhasil diruntuhkan. Dengan kata lain, Rambo hanyalah umpan.
Mereka yang dipimpin Rambo, sekali lagi menang dalam arena perang-perangan. Senjata-senjata kayu yang ditodongkan pada pemimpin musuh, berhasil membuat semua anggota pasukan musuh mengangkat tangan.
Dan barisan lodong-lodong pun kembali dibunyikan, bising memperdengarkan suara dentuman meriam yang memekakkan telinga.
~0~
Rambo, bukanlah nama yang diberikan orang tuanya lewat slametan, bubur merah, bubur putih, juga pengajian. Bukan juga nama samaran seperti yang digunakan oleh agen-agen rahasia, penjahat kelas kakap, hingga penjahat kelas teri. Rambo hanyalah sebutan yang entah dengan alasan apa diberikan padanya. Mungkin karena postur tinggi besar yang berbeda dari teman sebayanya. Mungkin juga karena aksi-aksi heroik yang selalu membuat teman-temannya kagum. Untuk alasan terakhir, ia seringkali dianggap sebagai pahlawan dalam lingkungan pertemanannya.
Seperti halnya anak-anak lain yang tinggal di lingkungan perkebunan, kenakalan yang umum adalah mencuri buah-buahan. Jika saja ia melihat pohon yang sedang berbuah lebat. Dengan cekatan ia akan memanjati pohon tersebut. Tentunya, setelah ia mengatur anak-anak yang lain untuk berjaga. Dan puluhan buah yang matang pun siap disantap dalam waktu yang singkat.