Apa yang dikatakan perempuan itu memang benar. Semua sudah bersih, ia tinggal mengangkut lalu membereskan apa yang tersisa di luar.
“Waw! Kalkun yang tadi, ya?”
“Ya, sepertinya akan lebih gurih dan empuk ketimbang ayam jantan yang kita jerat bulan lalu!”
“Ukurannya besar, namun terlalu berlemak. Tapi, sepertinya cukup untuk seminggu ke depan!”
“Seminggu? Dasar rakus!” si perempuan kembali membentak, namun kali ini ia menampilkan wajah genit. “Seharusnya lebih! Ingat, buruan semakin jarang! Artinya, hemat! Hemat! Dan hemat!”
“Ahh! Sayuran di kebun samping, kan masih banyak! Tapi untuk yang ini, sepertinya lebih enak kalau dicobek!”
Baru saja terjalin keakraban, suara ketukan pintu depan membuat keduanya terdiam. Mereka bersitatap, sepertinya tegang atau kaget. Terbukti, keduanya mengacungkan telunjuk di depan bibir tebalnya yang dimonyongkan, seraya mendesis. “Sstt!”
“Permisi!” Suara wanita dengan nada mengigil.
Seketika, gigi-gigi putih dan besar terlihat dari dua bibir tebal yang kini tersungging kegirangan. Keduanya berbisik secara bersamaan, “Kal-kun!”
*** hers,180815