Amerika dan Rusia adalah negara besar secara luas wilayah maupun pengaruhnya diseluruh dunia. Keduanya memang berbeda benua, Amerika Serikat berada di benua Amerika sedangkan Rusia berada di benua Eropa dan sebagian di Asia. Tetapi ketika kita melihat peta lebih teliti lagi, kita akan melihat jarak antar keduanya sangat dekat meskipun berada di benua yang berbeda.Â
Alaska namanya, sebuah tempat yang dahulu menjadi wilayah kekaisaran Rusia, tetapi wilayah itu dijual kepada Amerika Serikat pada akhir abad 19 dengan beberapa alasan. Salah satunya karena ketakutan kehilangan Alaska apabila terjadi perang dengan Britania Raya. Jaraknya hanya sekitar 3,8KM ke perbatasan Rusia!
Pada perang dunia pertama, Rusia, Inggris, Francis, juga Amerika Serikat(diakhir perang baru join) membentuk suatu aliansi untuk membendung Jerman di Eropa. Hasilnya memuaskan, Jerman beserta sekutunya dapat dikalahkan. Berakhirnya perang dunia pertama menjadi akhir juga dalam sejarah kekaisaran Rusia.Â
Pasalnya, Revolusi Merah telah menggulingkan pemerintahan dan juga membunuh Tsar Rusia beserta keluarganya. Wilayah yang hari ini kita kenal dengan Rusia diambil alih oleh orang-orang sosialis radikal (Komunis) yang didalangi oleh seseorang penikmat karya Kar Max, yaitu Vladimir Lenin. Lenin dapat membangun suatu negara persatuan terbesar didunia sekaligus negara komunis pertama didunia. Kelak, Uni Soviet dapat mengimbangi kekuatan blok Barat terutama Amerika Serikat dalam merebut pengaruh didunia.
Diperempat abad 20, Uni Soviet berubah menjadi raksasa baru didunia yang pada saat itu sedang rentan terjadi perang karena keagresifan Hitler dalam menganeksasi wilayah-wilayah disekitar Jerman seperti Austria dan Cekoslovakia. Meskipun dinilai negara besar, faktanya Uni Soviet masih sangat tertinggal secara militer, pertanian, bahkan teknologi dibandingkan negara-negara maju lainnya seperti Francis, Jerman, Inggris, apalagi Amerika Serikat. Tetapi ada satu hal yang bisa dibanggakan oleh Uni Soviet, yaitu Jumlah Populasi penduduk. Jumlah wilayah yang amat luas dibarengi dengan jumlah penduduk yang besar pula. Sering kali saya mendengar suatu slogan yang berbunyi, "Kualitas lebih baik dibandingkan kuantitas." Tetapi slogan itu terbukti salah dikemudian hari.
Bukankah mereka berkoalisi di perang dunia kedua?
Amerika, Inggris dan Uni Soviet membentuk suatu koalisi di perang dunia kedua yang bernama alliens(Sekutu). Hal ini menjadi respon atas jatuhnya Paris dan dimulailah Operasi Barbarosa dari Nazi Jerman ke timur. Juga kekhawatiran atas jauhnya seluruh daratan eropa ke tangan Nazi Jerman. Pertanyaannya apakah koalisi perang yang dibentuk mereka murni atas nama persahabatan? Jelas tidak! Mereka bersatu atas dasar kepentingan yang bersama, yaitu menghabisi Nazi Jerman.Â
Sebelum perang, Amerika dan Inggris sudah memata-matai orang-orang komunis baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Alasannya, mereka takut revolusi yang terjadi di Rusia terjadi pula di negaranya. Begitupun dengan Uni Soviet, Soviet menaruh sikap kehati-hatian ketika berurusan dengan orang-orang Barat.Â
Takdir telah menggariskan bahwa kapitalisme akan melawan komunisme dikemudian hari. Sejarah mencatat, Diawal perang dunia kedua terjadi sebuah kesepakatan yang sangat tidak masuk akal pada zamannya, Kesepakatan pakta non agresi antar Nazi-Soviet disepakati! Salah satu isi Kesepakatannya adalah membagi wilayah Polandia menjadi dua, Timurnya dikuasai Jerman dan Baratnya dikuasai Uni Soviet. Mengapa ini tidak masuk akal? Karena orang-orang Nazi selain membenci seorang Yahudi, mereka juga membenci orang-orang komunis dan orang-orang Soviet pun demikian juga. Hal tersebut menjadi teka-teki besar bagi petinggi barat atas posisi Soviet di awal perang dunia kedua.
Upaya Soviet gabung ke barat
 Setelah perang dunia kedua usai, Nazi dengan sekutu porosnya jepang telah kalah telak dan dipaksa menyerah tanpa syarat ke sekutu. Nasib Jerman mirip seperti Polandia diawal perang dunia kedua yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu Timur dikuasai Uni Soviet dan Barat dikuasai Sekutu barat. Hasil perang dunia kedua membuat suatu "perang final" dimasa depan antara kekuatan besar dunia, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keduanya berlomba-lomba membuat senjata pemusnah massal alias senjata nuklir sebagai bentuk kedigdayaan dan antisipasi ancaman dari satu sama lain.Â
Menariknya, Pada tahun 1951 Uni Soviet pernah mengajukan proposal untuk bergabung ke NATO(pakta pertahanan Atlantik Utara). Hal ini didasari dari kekhawatiran adanya perang nuklir yang dapat memusnahkan peradaban manusia modern. Namun, Proposal tersebut tidak di gubris serius oleh pihak barat dengan alasan tidak sesuai dengan tujuan demokratis dan pertahanan NATO. Hal ini juga yang menjadi cikal-bakal berdirinya pakta pertahanan di Eropa Timur yang bernama Pakta Warsawa. Kelak, akan menjadi tandem penting soviet dalam melawan pengaruh Amerika di Eropa.
Soviet runtuh, Berita bagus?
Setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991, Tamat sudah riwayat negara komunis pertama dan terbesar di dunia saat itu. Ada 15 negara merdeka pasca runtuhnya Soviet, salah-satunya adalah negara federasi Rusia. Di umur yang masih sebiji jagung, Rusia mulai sedikit-demi sedikit membangun negaranya kembali agar dapat bersaing di kanca internasional.Â
Momentum tersebut didapati ketika Rusia dipimpin oleh seorang mantan KGB(Badan intelejen Soviet) yang bernama Vladimir Putin. Menariknya, Rusia di bawah Putin juga pernah melakukan sesuatu yang nenek moyang mereka(Soviet) lakukan, Yaitu mengirim proposal pengajuan anggota NATO. Namun nahasnya, Proposal tersebut juga di tolak sebagaimana Soviet dulu.
Di awal tahun 2022, Publik dunia di kejutkan dengan "Operasi militer" Rusia ke Ukraina dengan dalih denazifikasi dan melindungi hak-hak masyarakat Ukraina Timur seperti luhansk dan donetsk. Aksi ini membuat sekutu barat geram atas kelakuan Rusia. Menjatuhkan sanksi berat ekonomi dari negara-negara Barat ke Rusia adalah respon yang paling signifikan dalam upaya membela Ukraina. Hal tersebut masih tetap terjadi sampai Artikel ini diluncurkan.
Keharmonisan hubungan keduanya seperti Tom & Jerry. Sangat sulit untuk diredakan apalagi didamaikan. Karena keberadaan senjata nuklir di masing-masing pihak membuat rasanya hari esok adalah misteri, apakah peradaban manusia akan musnah dan punah akibat kelakuan umat manusia itu sendiri? Kita doakan supaya hal tersebut tidak terjadi dan perdamaian serta persahabatan antar penduduk di bumi dapat di eratkan agar dapat fokus kepada masalah yang lebih urgent lagi yaitu masalah sampah di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H