Mohon tunggu...
Arya Ramadhan
Arya Ramadhan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya sangat senang menulis dan membaca, saya menemukannya ketika sudah kelas 1 SMA. Saya juga tertarik dengan dunia PERS, Jurnalistik, Wartawan dan sebagainya. Saya juga senang belajar ekonomi,sejarah, psikologi, dan hubungan internasional. Nomor Gopay : 085156640953 (Arya Ramadhan)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemerdekaan yang Hakiki

2 Juli 2023   21:52 Diperbarui: 2 Juli 2023   22:15 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Mendengar kata "Merdeka" adalah ucapan yang amat spiritual dalam sejarah berdirinya negeri ini. Aku awalnya mengira sebagaimana mereka juga mengira bahwa kemerdekaan atau bahasa simpelnya kebebasan itu selalu terkait dengan ketika bangsa ini tidak dalam penjajahan/Pendudukan Ilegal atau segala macam kata yang bisa mewakili itu semua. Contohnya, Kita semua melihat dengan mata telanjang dan bahkan orang yang tak punya mata(buta) pun akan melihat kependudukan Israel adalah hal yang kejam dan merupakan kejahatan perang.

  Tapi saya tidak berbicara lebih dalam soal itu, ketika saya melihat kejadian tersebut, nurani saya terpesit menemukan 1 hal dari mereka, bahwa mereka memang dijajah secara fisik, ditekan secara mental, serta dihancurkan dengan segala macam harta benda mereka, but one things is true bahwa semangat dan kebebasan berpikir mereka tidak bisa direnggut dan dihancurkan bahkan dengan rudal-rudal yang sering menghiasi langit negerinya. 

Mereka dengan gagah berani mengatakan "Allahu Akbar" dengan teriakan sekencang mungkin. Ada secercah harapan dari mata yang sering melihat darah, dari telinga yang sering mendengar penderitaan dan dari semua organ tubuhnya menjadi saksi bisu penjajahan keji yang dialami mereka. Menjalani hari sulit juga berat dengan optimisme menyongsong masa depan.

  Tapi nan jauh dari negeri mereka, fenomena yang berlawanan aku saksikan di negeriku yang telah lama merdeka. Juga bangsa yang dengan semangatnya mengatakan "bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya". Indah sekali bukan? Nahasnya berapa banyak pemuda yang ingin "Merdeka" dalam mengejar impian mereka tetapi banyak faktor eksternal maupun internal yang selalu menghantuinya. 

Mereka punya semangat,tekad, apalagi impian tapi mereka tidak punya kesempatan untuk mengembangkan cita-cita mereka itu. Dan pada akhirnya mimpi itu mereka tekan,injak,bahkan dikubur dalam-dalam di tanah, tapi 1 hal yang pasti, mimpi itu tidak akan pernah mati dan akan bangun dimasa depan dalam bentuk penyesalan.

  Sampai sini saya simpulkan, bahwa arti kemerdekaan yang hakiki adalah ketika kita dapat berdiri bebas, lalu makan makanan favorit kita sambil menikmati hiruk-pikuk udara kemerdekaan yang sejuk dan mengerjakan sesuatu yang indah di hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun