Kecerdasan kognitif anak dapat meningkat jika mereka terstimulasi akan keteraturan dan kedisiplinan. Keteraturan dan kedisiplinan adalah modal utama bagi anak sebelum mereka mulai belajar di sekolah. Sekolah memiliki tanggungjawab untuk menciptakan keteraturan dan kedisiplinan pada siswa nya. Penciptaan kondisi dan lingkungan yang teratur serta disiplin sejatinya disipakan oleh orang dewasa disekitar anak.
Sekolah berkarakter memfokuskan program nya pada pencapaian dua hal ini. Jika telah terwujud, maka kegiatan stimulus kognitif nya dapat dilanjutkan. Inilah yang menjadi panduan dasar dari sekolah-sekolah berbasis Montessori. Mereka menyelesaikan "PR" anak yang dibawa dari lingkungan rumah, dan dibenahi di sekolah. Sekolah berbasis Montessori memahami betul, jika stimulus keteraturan dan kedisiplinan belum ada di dalam diri siswa nya, mereka akan menghadapi kesulitan dalam mengarahkan dan mendidik siswa.
Berbeda dengan sekolah konvensional atau sekolah yang tidak menggunakan Montessori sebagai metode pembelajaran. Anak langsung berdaptasi dengan hal-hal abstrak. Belajar membaca, menulis, berhitung. Sedangkan sekolah Montessori dimulai dari Area Practical Life atau Area Kehidupan Praktis.
Di Area Practical Life, anak-anak belajar tentang banyak hal. Dimulai dari belajar cara berjalan di dalam ruangan kelas, mengangkat atau memindahkan kursi, membuka dan menutup pintu, cara makan, minum, berinteraksi sesama teman-teman nya, juga kepada guru. Belajar untuk mengucapkan terimakasih, meminta tolong, meminta maaf, belajar antri, belajar berwudhu, menggunakan mukena, sarung, melipat sajadah. Anak-anak juga belajar mengguting, mencuci piring, membersihkan lingkungan belajar, dan banyak sekali altivitas positif lainnya yang mereka pelajari.
Anak-anak juga diajarkan untuk "mengurus" diri mereka sendiri. Mereka belajar untuk meletakkan tas pada tempatnya, bermain pada tempatnya, menggunakan apparatus dan kembali merapikannya, mengenakan pakaian dan sepatu sendiri. Kebiasaan ini dijarkan dengan teknik yang sudah dikemas dengan sangat baik di dalam metode pembelajaran Montessori.
Keteraturan dan Disiplin dibentuk sejak awal anak masuk sekolah. Seluruh guru memahami tujuan dari pembelajaran. Semua kegiatan diarahkan menuju keberhasilan siswa dalam membentuk karakter teratur dan disiplin. Tidak ada aktivitas yang keluar dari tujuan besar tersebut. Sekecil apapun aktivitas nya akan mengarah pada dua tujuan ini.
Akan ada masa krisis. Karena anak butuh jembatan menuju ruang pembelajaran nya yang baru. Anak akan masuk pada fase belajar sejak diantarkan orangtua nya dipintu gerbang sekolah, hingga jam mereka pulang. Dari kegiatan Morning Cyrcle, belajar secara individual, kelompok, makan bersama di meja makan, masuk dan keluar toilet, bagi yang full day mereka menjalani aktivitas tidur siang, mandi sore, kegiatan sholat berjamaah hingga mereka pulang semua adalah rangkaian pembelajaran.
Sekolah Montessori berharap, ada kerjasama dengan orangtua di rumah. Kedisiplinan dan keteraturan yang telah dibangun di sekolah, hendaknya dapat pula ditererapkan di rumah. Hingga anak-anak tidak mengalami kerancuan dalam berpikir dan bertindak. Di Sekolah mereka belajar tentang disiplin dan keteraturan, tetapi hal ini tidak dilakukan di rumah. Khawatir ini akan mengganggu proses pembelajaran bagi anak itu sendiri.
Peran sekolah dibutuhkan juga untuk memberikan pengertian dan pengarahan kepada orangtua siswa. Demi keberhasilan pembelajaran putra atau putri mereka secara keseluruhan. Karena pembelajaran akan disiplin dan keteraturan bukan hanya merupakan kebutuhan dari pihak sekolah, tetapi hal ini dibutuhkan untuk masa depan anak. Orangtua sangat berperan dalam keberhasilan pendidikan anak-anak mereka.
Disinilah urgensi dari komunikasi antara sekolah dan orangtua.
Tulisan ini akan bersambung yang akan mengulas teknik komunikasi efektif sekolah dan orangtua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H