Tapi tak lama kemudian, datanglah lelaki tua lewat dan ini seperti angin segar buat Jur dan tak ingin kecolongan Jur pun menyapa lelaki itu, "Pak mau lewat sana yah? bareng yuk," tanya Jur.
"Hmmm..." jawab lelaki itu singkat.
Jur memahami maksudnya, lelaki tua itu melanjutkan langkahnya dan Jur pun mengiringi. Selama perjalanan Jur dan lelaki tua itu hanya banyak diam, ingin sekali mencairkan suasana, dengan obrolan-obrolan ringan namun sulit semuanya begitu kaku. "Nggganu Pak pulang ke mana?" tanya Jur, berusaha membuka pembicaraan. Lelaki tua itu tak menjawab, Jur menelan ludah.
Ketika mereka hampir melewati rumah tua itu, Jur mempercepat langkahnya agar bisa lebih dekat di belakang puggung lelaki tua itu. Tepat dihadapan sebuah jendela, lelaki itu berhenti mendadak hingga Jur tak mampu menghindari tabrakan itu.
"Kenapa berhenti, Pak?" tanya Jur sedikit heran.
"Aku sudah sampai rumah," jawab lelaki tua itu.
Jur hanya bengong, kedua matanya membulat besar. Tak pikir panjang, Jur melepaskan kedua sendal jepinya, lalu lari sprint layaknya atlit lari 100 meter. Â THE END
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H