Mohon tunggu...
aris moza
aris moza Mohon Tunggu... Guru - menekuni dunia pendidikan sebab aku percaya dari sanalah mulanya segala keberhasilan itu bermula

seorang yang lantang lantung mencari arti dan makna dalam setiap langkah kecilnya. lalu bermimpi menjadi orang yang dikenal melalui karya-karyanya, bukan rupa, bukan harta, bukan panggkat atau jabatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perkara 30 September, Bagaimana Sikap Kita?

30 September 2021   23:26 Diperbarui: 30 September 2021   23:33 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah era reformasi dan kebebasan berekspresi terbuka. Ini seperti menjadi Kucuran air bagi ikan yang telah lama engap-engapan hampir mati. Menjadi titik mula dimana para intelektual berani bersuara. 

Pada awalnya masyarakat Indonesia hanya mengatahui segala informasi  dari satu sumber yaitu pemerintah. 

Saat era reformasi mulai banyak sumber informasi baru yang bertebaran.  Salah satunya tentang Partai terlarang ini. Sekarang untuk mendapatkan informasi tentang partai ini dan peristiwa 30 September kita bisa merujuk berbagai sumber, tidak seperti jaman kegelapan informasi. Dimana segala informasi hanya diketahui dari satu sumber yaitu penguasa. 

Hingga akhirnya justru terjadi perdebatan pro kontra dan sebagainya. Lalu bagaimana sikap kita semestinya di era kebebasan ini untuk melihat tragedi 30 September yang setiap tahun di bulan September akan terus menghangat. 

Kita yang lahir sebagai generasi melenial dan generasi  Z. Adalah generasi yang paling tidak mengerti akar sebab mustahab kejadian itu. Tanpa menggali informasi, tanpa mau membaca, tanpa mau mencari sebanyak-banyaknya literasi tentang tragedi itu.  Jaminan kita adalah korban informasi. 

Ia korban informasi atau framing yang bisa saja menyesatkan, maka hal yang paling penting agar kita tidak tersesat dalam kubangan informasi kita harus berani riset, membaca, mencari sudut pandang lepaskan diri dari belenggu.

Dari hal itu bisa jadi kita bisa mulai menata puzzle-puzzel yang berserak tak menentu. Menemukan alur cerita yang paling mendekati benar.

Bagi saya sendiri tragedi 30 September adalah peristiwa kelam yang benar-benar nyata pernah ada di Indonesia. Dimana 6 jendral harus mati dalam waktu satu malam.  Tentu ini tidak pernah terjadi dalam peristiwa peperangan dimanapun. 

Namun jalan kematiannya inilah yang menjadi perdebatan. Sepihak berkata karena ulah Partai itu, dipihak lain mengklaim ini justru intrik politik tingkat tinggi oleh penguasa setelahnya. 

Ia, sejarah memang akan ditulis dan membesarkan si pemenang. 

ini ketika kita hanya berbicara teragedi 30 September itu.

Tapi nyatanya sejarah partai itu lebih panjang bahkan dari umur Bangsa ini. Ketika kita hanya terfokus pada 30 September dan persitiwa setelahnya. Jelas kita akan tersesat, karena rentetan peristiwa tentang partai ini tidak dimulai dari 30 September tapi jauh dari tahun-tahun sebelumnya bahkan sebelum Bangsa ini lahir. 

Partai ini dikenal paling awer soal berontak memberontak dan bunuh-bunuhan. Memang inilah kenyataannya. Namun setelah peristiwa 30 September ini menjadi berbeda seperti ada titik balik, kelompok atau orang-orang yang dianggap simpatisan partai ini habis dilumat oleh kemarahan masa. Kalo bahasa anak-anak ya impas dong.  tapi bukan gitu 

jadi pada titik ini saya memilih berdamai tidak mau ikut menghakimi toh jalan ceritanya menang begitu. Saya mencatat ini adalah sepenggal rentetan sejarah,  sebagai Bangsa yang besar yang sedang tumbuh. Dengan harapan kita mau belajar dari rentetan peristiwa itu baik sebelum 30 September dan sesudahnya. Agar peristiwa kelam seperti itu tidak terjadi lagi. Bukan karena apa-apa karena yang rugi kita sendiri.

Kedua adalah bijak tidak mudah terpengaruh dan terprovokasi oleh informasi yang beredar. Sebab jalan cerita partai ini akan terus ada bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. membentuk framing jahat untuk menyudutkan pihak lain. sesuai kepentingannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun