Saya juga menyadari media social yang hadir belakangan sebagai teknologi termuthair abad ini. Dengan menawarkan segala akses kemduahan dan memberikan segala informasi yang dibutuhkan segenap manusia, tetap menyiman dua sisi positif dan negative.
Celakanya, penduduk bumi bagian Indonesia yang masih di bawah rata-rata baik tingkat pendidikan dan literasinya. Keburu mendapatkan kecanggihan itu. Kita terlambat berpuluh-puluh tahun. Kita baru menyadari setelah semua terjadi ketika teknologi telah maju sedemikan cepatnya.
Masyarakat yang masih rendah literasi telah kadung nyaman dengan teknologi terbarukan itu sehingga segala macam informasi yang masuk melalui media social ia terima dan telan mentah-mentah.
Dari situlah awal munculnya prahara yang kita alami sekarang, dimana benih-benih perpecahan kian menganga. Saling ejek saling memaki, kerja emosi lebih cepat dari pada pikiran. Entah apakah permerintah sudah punya formulanya untuk merekatkannya kembali?
Saya memulai dari cara yang sederhana membuka rumah mungil keluargaku untuk bisa dimasuki siapapun asal sopan dan baik dan tidak niat nyolong, lah tapi apa yang mau diambil gak ada yang istimiewa kecuali tipi 21 in,hehehe
Siapapun boleh masuk dan membaca apa saja yang ada di dua raungan itu. Harapannya hal yang sederhana itu mampu mengurangi pengaruh negative dari media social.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H