"Kebiasaan membaca dan menulis masyarakat Indonesia tergolong rendah, tapi  rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 23 menit sehari untuk mengakses media sosial."Â
Di rumah, saya sengaja menyusun rak yang berisi buku-buku  diruang tengah dan tamu. Tidak ditempatkan diruang khusus semisal kamar gitu. Kebetulan di rumah itu juga tiap sore ada beberapa anak-anak yang mengaji.Â
Jadi kesengajaan saya menempatkan buku-buku di tempat itu supaya anak-anak yang biasa mengaji juga ikut membuka bukunya sehingga dengan keluguannya mereka penasaran untuk membaca. Bukunya juga beragam dari sisa peninggalan waktu muda dulu, saat belum botak kaya sekarang.
Disamping itu saya juga melengkapi rak-rak itu dengan buku-buku  anak.  Saya beli saat moment diskonan bazar buku. Lah ia buku anak lebih mahal dari buku yang biasa aku beli guys. Wong beli buku sendiri aja harus puasa 3 hari coba itu.Â
Maklum gaji gope sebulan. Mungkin karena full color jadi buku anak lebih mahal. Selain beli dari bazar saya juga menerima sumbangan buku-buku dari teman-teman di Jakarta. Bersyukurnya karena mereka mau berbagi, syangnya udah engga lagi sekarang.
Semenjak saya terbang ke Jakarta, 8 tahun lalu. Waktu itu saya yang kuli bertemu dengan para mahasiswa yang sedang kuli-ah. Nah itulah bedanya saya dan mahasiswa. Saya kuli mereka ada AH nya.
Dari pertemuan itulah pemikiranku mulai terbuka. Ada banyak hal baru yang saya temukan. Saya juga jadi sering ngomongin orang. Semisal ngomongin Nabi Muhammad, Muh. Hatta, Sukarno, sultan syahrir, Nasir, dll sampe platto aristotales juga di gosipin sama komonitas yang mengaku agen of change.
Dari persingungan orang kuli dan orang-orang kuliahan ahirnya saya mulai berpikir akan hal-hal yang nyeleneh. Dipandang gila, udah biasa. Satu hal yang aku temukan dari hasil ngegibahin orang dan segala dinamika yang terjadi waktu itu. Aku menyimpulkan SEGALA HAL YANG ADA DI DUNIA INI DIMULAI DARI MEMBACA.
Selain bersingugan dengan para mahasiswa saya juga bertemu dengan para Ustad di Jakarta. Sehingga pemikranku gak terlalu njomplang ke kiri. karena pada prinsipnya apa yang di ajarkan ustad dan yang aku temukan hasil semdi adalah sama, kata Ustadku Tuhan memfirmankan ayat pertama ke Nabi Muhammad SAW. Itu tentang membaca. Bacalah atas nama Tuhanmu begitu seterusnya. Berarti prinsipku tidak bertentangan dengan Agama.
Dari pergulatan yang penuh lika liku tidak jelas itulah memuculkan keinginan terbesarku yaitu mewujudkan sebuah tempat baca atau perpustakaan yang terjangkau seluruh masyarakat Nusantara. Perpustakan dari desa ke desa dari rw ke rw dari RT ke RT.Â