Mohon tunggu...
aris moza
aris moza Mohon Tunggu... Guru - menekuni dunia pendidikan sebab aku percaya dari sanalah mulanya segala keberhasilan itu bermula

seorang yang lantang lantung mencari arti dan makna dalam setiap langkah kecilnya. lalu bermimpi menjadi orang yang dikenal melalui karya-karyanya, bukan rupa, bukan harta, bukan panggkat atau jabatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bendera Itu Tauhid?

3 November 2018   15:14 Diperbarui: 3 November 2018   15:57 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Persoalan bendera kian hari semakin membuat gaduh saja. Ternyata kita tidak bisa sederhana dalam bersikap sesuatu. Andai saja sosok Gus Dur masih ada pasti beliau akan geleng-geleng kepala "gitu aja kok repot le".

ya Gus, semua menjadi repot. Semenjak engkau meninggalkan kita semua disini. ditanah pertiwi yang mulai kering akan nilai-nilai leluhur bangsa.

Persoalan bendera yang menjadi satu identitas memyeruak kepermukaan pasca kelakuan nakal anggota BANSER yang dengan lucunya membakar kain yang bercorak kalimat tauhid tapi malah menganggap kain bercorak itu nir nilai.

Paham BANSER bukanlah FPI atau HTI yang dalam setiap kepentingannya menyinggahi Istana Negara selalu membakar bendera PKI entah ia dapat menyita dimana, tetapi mereka membakarnya. Satu tindakan konyol seandainya mereka sendiri yang menyablon kain bercorak palu arit lalu mereka sendiri yang membakar, sambil meneriakan takbir.Sungguh kemulyaan takbir hanya sebatas berada di ujungjarinya, yang dikemudian hari direvisi menjadi jempol dan telunjuk yang diangkat tingi-tinggi.

BANSER membakar bendera itu, akibat dengan sengaja ada yang memberi. Jadi dibakar sebab bagi Banser itu tindakan sembrono di hari santri yang sudah ada ketentuannya tidak boleh membawa bendera Selain merah putih. Malah kelompok marahan itu nekat mengibarkannya di tengah hikmatnya upacara hari santri. ya wis salah sopo toh?

ya BANSER dengan sungguh-sungguh membakarnya tanpa sedikitpun melihat itu adalah kaliamat tauhid, dengab keyakinannya pula ini identitas kelompok biang kerusuhan.

Ser BANSER, karepmu apa ta? tindakan lucumu itu membuat se-nusantara geger loh. Mungin mbah Hasyim akan geleng-geleng kepala sambil njewr kuping anak nakalnya itu. Seandainya beliau menyaksikan kelakuan unik ini. Bukan hendak menyalahkan,  tapi akibat kelakuannya itu kelompok marahan yang sejatinya menyerang tiarap jadi bangun semua. Gegerlah Indonesia.

Bakaran simbol identitas kelompok yang sangat marahan, memang mempunyai banyak multi tafsir. setidaknya ada hal-hal yang membuat kejadian ini geger se-nusantara.

Ajang kompetisi 5 tahunan yang sedang menjadi hajatan bangsa Indonesia. Memang menjadi moment terindah untuk melakukan persetubuhan dengan apapun. Asal syahwat kepentingannya tersalurkan.

Selain itu, kelompok marahan ini memang sedang dirundung galau. Ibarat anak kecil yang sedang merengek ia ingin di kasih perhatian sama tetangganya, apa sebab? habis di marahin Ibunya. Supaya tetangga simpati dan mau menolongnya.

HTI kelompok pembakar emosi warga di seluruh Dunia ini, memang baru-baru ini habis di pecat eksistensi dan keberadaannya dari Bangsa Indonesia. kalau kata ustad Felix  semenjak rezim anti Islam ini berkuasa Dakwah Khalifah menjadi susah. Begitu ucapnya di medsos buatan anak Yahudi yang hari-harinya selalu mereka kutuki. Jadilah mereka galau menarik perhatian dengan cara apapun.

Terahir memang namanya saja kelompok marahan, apa saja jadi dalih marah. Karena disanalah letak keberiman mereka. Iman tanpa Nahimunkar adalah gombalan kecut. Kata mereka meyakinkan. Hingga ahirnya mereka memprovokasi masyarakat Indonesia yang masih lugau dalam pemahaman kebagsaan dan isu-isu global. semangat religius masyarakat Indonesia memang menjadi celah mereka. Sebab mereka tau Indonesia adalah masyarakat religius. Semangat religius masyarakat Indonesia yang umumnya awam dalam pemahaman Agama memudahkan mereka melakukan tindakan membodohi masyarakat Indonesia.

nah masalahnya selera orang kan beda, tidak semua yang ia makan harus minum dengan teh botol sosro yang ternyata bungusnya kotak.

Boleh lah makan nasi padang minumnya Dawet ayu Banjarnegara.

kita sebagian umat muslim di Indonesia menganggap semua persoalan tidak selalu diselesaikan dengan kemarahan. Nahimunkarnya boleh bedalah asal tujuannya untuk memajukan Islam. Masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa dengan perbedaan jangan dipaksa untuk sama. Sebab disana muncul rasa asing, yang membuat masyarakat Indonesia merasa gerah dengan keberadaan kelompok marahan ini.

sekedar mengingatkan, kelompok ini adalah biang kerok rusuhnya Negri-negri timur tengah. paling ngenes sampai hari ini yang kita bisa saksikan adalah Suriah.

semoga bangsa Indonesia di jauhkan dari pertengkaran antar anak Bangsa.

jadilah Banserep saja untuk melindungi segenap Bangsa, menjaga Ibu pertiwi ini warisan para pejuang yang akan kita wariskan untuk anak cucu kita nanti, jangan mau di gombalin pakai acunagn jari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun