bila anda pernah berkunjung ke Jakarta, terutama di daerah perkampungannya Anda akan melihat bagaimana padatnya rumah-rumah penduduk yang nampak berdesak-desakan. Rumah-rumah itu hanya menyisakan gang-gang sempit. bangunannyapun banyak yang jauh dari kata ideal, ia sempit, hanya berukuran 3x6 Meter dan berpenghuni 4 sampai 7 Orang dalam satu bangunan itu. Apa yang Anda bisa bayangkan? tentu sumpek, tidak nyaman, sangat tidak ideal bagi sebuah keluarga, perkembangan anak tidak maksimal, tidak ada tempat belajar dan sebagainya.
melihat kenyataan itu, maka sudah sewajarnya ada satu trobosan baru, terutama untuk mengurai masalah. Anak adalah dambaan masa depan para Ibu dan Ayahnya, sudah sewajarnya mendapatkan pendidikan yang maksimal demi memenuhi tuntutan zaman. Tetapi bila tempat tinggal mereka tidak memungkinkan untuk perkembangan anak lebih baik, maka harus ada solusi.Â
KH.Ishom, mempunyai program yang mampu menjawab problematika itu, santri singgah, adalah program yang dijalankan sebagai jawaban atas masalah di atas, pengasuh Pondok Pesantren yang juga Dosen di IAIN Banten ini menyadari akan problem di pemukiman padat penduduk, maka beliau berinisiatif mengemangkan pondok Pesantren program Santri Singgah dimana kegiatan itu dimulai dari jam 5 Sore sampai bada Subuh, selanjutnya anak kembali belajar sekolah di tempat mereka belajar dan siang bersama keluarga.
Program Santri Singgah yang digagas beliau juga sekaligus menjawab program Bapak Mentri pendidikan yang masih menjadi perdebatan. Santri Singgah satu program yang bisa menengahi program Full Day School gagasan Mentri Pendidikan. karena tujuan dari program FDS adalah pembentukan karakter, maka sangat tepat sesuai dengan tujuan dari Program Santri Singgah itu sendiri.
Program santri Singgah sengaja di gagas untuk menjawab problem masyarakat yang tinggal di pemukiman penduduk dengan rumah yang sempit, dengan membidik Anak untuk mengikuti program Santri singgah sehingga beban rumah yang sempit menjadi berkurang. selain itu Program ini juga sekaligus membentuk karekter anak menjadi religius, trampil dan mandiri.
Karena saat mereka singgah di Pesantren mereka tidak hanya numpang tidur, tetapi ada program-program yang mereka ikuti, seperti, program tahfiz, kajian kitab, pembiasaan solat jama'ah dan sunah, sekaligus bimbingan belajar. Dengan begitu akan membentuk keperibadaian anak yang religus, mandiri, dan trampil. dan itu sejalan dengan konsep tujuan dari Full Day School gagasan Mentri Pendidikan.
PSS adalah jawaban dari FDS, kenapa sebab FDS akan sulit terealisasikan dengan baik, bila dipaksakan juga akan menimbulkan masalah-masalah baru, karena kultur wilayah Indonesia yang sangat beragam tidak bisa disama ratakan. selain itu program FDS juga akan mematikan sekolah-sekolah Non Formal yang sudah terlebih dahulu berkembang di Indonesia, semerti Madin dan TPQ yang justru dari sekolah Non Formal itulah anak belajar Agama untuk membentuk jiwa meraka lebih religus.Maka dari gambaran di atas PSS atau Program Santri Singgah, menjawab itu semua pola pendekatan PSS yang lebih mengedepankan humanisme, dialogis, anak menjadi aktif dan tidak terkekang oleh peraturan-peraturan, sehingga anak tidak mudah stres.Â
Tentu program ini jug tidak bisa diterapkan di wilayah-wilayah yang memang tidak memungkinkan. program PSS sangat ideal diterapkan di wilayah perkotaan yang mempunyai kepadatan penduduk, sehingga anak-anak sekitar yang pada waktu siang harinya belajar sekolah di wilayahnya malam harinya bisa mengikuti program santri singgah. yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.Â
itu adalah bagian uapaya untuk mengurai permsalahan yang timbul di kota-kota besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H