Kalau di ingat-ingat tahun lalu, tepatnya saat Ramadhan, segala sesuatu menjadi jauh berbeda. Dengan adanya pandemi semua sistem belajar mengajar mengalami perubahan yang drastis dan serba gagap. Guru gagap beradaptasi dengan teknologi, orang tua pun gagap harus menjadi guru anak anaknya di rumah.Â
Sebut saja saya, saya mengajar di kelas sebuah SDIT di bilangan Jakarta Barat. Saya mengajar murid kelas 3. Saat itu banyak sekali polemik yang terjadi, di satu sisi kita ingin melindungi siswa dan guru, di sisi lain para guru dan orang tua terpaksa harus banyak belajar tentang teknologi yang dipakai dalam pembelajaran. Dari yang tidak mengenal aplikasi tatap muka mau tidak mau harus belajar bukan hanya sekedar memakainya tapi juga harus tanggap mengeksplorasinya.Â
Selain teknologi, metode belajar juga mengalami perubahan. Project Based Learning yang jarang digunakan di sekolah-sekolah mendadak menjadi tren. Tujuannya bukan untuk menyusahkan murid dan orang tua, tapi untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari menggunakan benda benda yang mudah di dapat di sekitar rumah. Namun alih-alih menyenangkan bagi semua pihak, terjadi crash pemikiran antara guru dan orang tua murid, bagi guru proyeknya sudah sederhana dan sesuai dengan seharusnya kemampuan siswa sesuai dengan usia namun berbeda dengan tanggapan orang tua. Terutama bagi anak didik yang belum mandiri .Â
Perbedaan ini menjadi runcung dan tajam dan tak jarang membuat hubungan antara guru dan orang tua murid menjadi bermasalah. Dari kacamata guru, guru sudah mengusahakan segala daya dan usaha serta kreativitasnya dengan semaksimal mungkin, namun dari beberapa orang tua memandang bahwa proyek itu menjadi beban bagu orang tua. Ujian berbasis proyek selama PJJ pun menjadi bahan evaluasi yang sangat prioritas untuk lembaga sekolah.
Belajar dari pengalaman tahun lalu, banyak lembaga pendidikan melakukan risearch mandiri melalui survei dan diskusi, mencari bersama format belajar yang berkualitas dan menyenangkan selama PJJ baik bagi guru, siswa dan orang tua. Sistem kordinasi internal sekolah mengalami peningkatan intensitas, sistem komunikasi orang tuapun mengalami perubahan yang signifikan.Â
Syukur alhamdulillah, sistem project based learning di sekolah kami masih berlangsung namun relatif lancar bahkan berkesan bagi orang tua dan siswa. Mereka merasa mendapatkan pengalaman dan wawasan baru tentang proses belajar yang tidak melulu harus dengan test tulis. Semoga kemajuan teknologi yang kini telah kita kuasai setelah pandemi berakhir tidak mengalami penurunan kembali. M
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H