Mohon tunggu...
Jein Rumondor
Jein Rumondor Mohon Tunggu... Ahli Gizi - blogger

Menulis terus, terus menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Toxic Positivity", Ketika Ucapan Semangat Tak Lagi Menyemangati

10 Juni 2020   02:05 Diperbarui: 10 Juni 2020   19:45 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gino Crescoli from Pixabay

Hidup di zaman yang menuntut kesempuraan seringkali membuat kita ingin selalu menampilkan sisi terbaik diri kita. Kita lupa bahkan cenderung mengabaikan emosi "negatif" agar dapat selalu terlihat "aku baik-baik saja." 

Saat diperhadapkan dengan pilihan seperti (1) untuk memperlihatkan dirimu yang sesungguhya atau pilihan (2) untuk berpura-pura bahwa semua akan baik-baik saja, kita cederung memilih pilihan (2) dan menyembunyikan apa yang sebenarnya kita rasakan

Ada kalanya ucapan "jangan khawatir, semua akan baik-baik saja" cukup ampuh untuk membangkitkan semangat dan menepis pikiran negatif seseorang, namun bagi sebagian orang ucapan itu malah akan membuat seseorang itu merasa dirinya kecil dan dapat mengganggu kesehatan mental mereka. 

Menurut Urban Dictionary, Toxic Positivity adalah keyakinan bahwa "jika anda tetap positif, anda akan mengatasi masalah apapun," dan ini merupakan sebuah respon yang keliru terhadap emosi yang kita rasakan ataupun terhadap orang lain yang mendengar ungkapan tersebut.

Emosi adalah reaksi yang ditujukan kepada seseorang atau suatu kejadian, sehingga sangat wajar dan normal apabila kita mengekpresikan emosi kita terhadap apapun yang kita rasakan. 

Saat kita terbiasa meyembunyikan perasaan negatif dan tidak berani untuk mengekspresikannya, sama artinya dengan kita menyimpan bom waktu untuk diri kita sendiri. 

Semakin kita berpura-pura baik-baik saja semakin kita merasa tidak aman dan tertekan oleh lingkungan, serta terjebak dalam pikiran kita sendiri. Hal ini akan berdampak pada hubungan sosial kita, kita akan semakin menjadi pribadi yang tertutup dan tidak jujur terhadap diri sendiri. 

Dilansir dari thepsychologygroup.com, hubungan dengan diri sendiri seringkali tercermin dalam hubugan anda dengan orang lain. Jika anda tidak jujur tetang perasaan anda sendiri, bagaimana anda bisa memiliki ruang untuk orang lain mengungkapkan perasaan mereka yang sesungguhnya dihadapan anda?

Sebaik-baiknya mengekspresikan emosi, kita tidak harus menghindari keadaan yang sulit dengan berpura-pura. Dengan kita menerima keadaan dan berdamai dengan diri sendiri sudah cukup membantu bahkan jika hanya untuk menenangkan. 

Sebaliknya jika kita diperhadapkan dengan kenalan atau saudara yang tertimpa masalah, belajarlah dulu untuk menjadi pendengar sebelum merespon dengan memberikan nasihat-nasihat atau dorongan untuk berpikir positif terhadap masalah yang dia alami. Kadang kala seseorang yang sudah memberanikan diri bercerita tentang permasalahannya, mereka hanya ingin didengar.

Berikut contoh ungkapan Toxic Positivity dan ungkapan yang sebaiknya diucapkan;

sumber: thepsychologygroup.com
sumber: thepsychologygroup.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun