- Kerjasama dengan Organisasi Internasional:  Meningkatkan kerjasama dengan organisasi internasional seperti Transparency International dan World Bank dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.  Menerapkan standar internasional dalam sistem dan regulasi.  Memperkuat mekanisme pertukaran informasi dan pengalaman dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Pencegahan Korupsi Menurut Mangkunegaran IV
Mangkunegaran IV, atau Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV, dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan visioner. Ia menerapkan prinsip-prinsip kebatinan dalam kepemimpinannya untuk mencegah korupsi dan membangun pemerintahan yang berintegritas. Berikut adalah beberapa cara bagaimana Mangkunegaran IV menerapkan prinsip-prinsip kebatinan dalam upaya pencegahan korupsi:
1. Prinsip "Amemangun Karyenak Tyasing Sesama"
Prinsip ini berarti "membangun kebahagiaan sesama". Mangkunegaran IV percaya bahwa seorang pemimpin harus bekerja untuk kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan fokus pada kesejahteraan masyarakat, ia menciptakan kebijakan yang adil dan berorientasi pada kepentingan publik, bukan kepentingan pribadi.
2. Pengendalian Diri dan Introspeksi
Mangkunegaran IV sangat menekankan pentingnya pengendalian diri dan introspeksi. Ia mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus selalu mengevaluasi motivasi dan tindakannya sendiri. Dengan introspeksi yang mendalam, seorang pemimpin dapat menghindari godaan untuk melakukan korupsi dan tetap berpegang pada nilai-nilai etika dan moralitas.
3. Pendidikan dan Pembinaan Moral
Mangkunegaran IV percaya bahwa pendidikan yang baik dan pembinaan moral yang kuat adalah kunci untuk membentuk individu yang berintegritas. Ia mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan mendorong pembelajaran nilai-nilai etika dan moral. Dengan pendidikan yang baik, generasi muda dapat tumbuh menjadi pemimpin yang jujur dan berintegritas.
4. Keseimbangan antara Spiritual dan Duniawi
Mangkunegaran IV memahami bahwa pencapaian spiritual tertinggi tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan tugas dan tanggung jawab duniawi. Ia mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus mampu menggabungkan dimensi spiritual dengan pemahaman praktis tentang kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu menciptakan pemerintahan yang tidak hanya efektif tetapi juga beretika.