Para sound engineer terpapar bising 85 dB saat me-mixing dan mastering lagu menggunakan sound monitor, pada saat menggunakan headphone dengan volume maksimal kenyaringannya mencapai 105 dB, sedangkan pada saat berada di konser musik kenyaringannya sebesar 110 dB.
Tentunya semakin tinggi tingkat dB-nya, sebaiknya semakin sebentar pula durasi mendengarkan bising tersebut untuk mencegah terjadi kerusakan pendengaran. Sayangnya, para musisi tidak begitu memperhatikan kesehatan pendengarannya.Â
Selain terpapar bising dari kegiatan saat bermusik, banyak yang mendengarkan musik secara nyaring saat sedang beristirahat dan terpapar bising suara nyaring lainnya dari media lain dalam keseharian.
Beberapa aplikasi di smartphone memiliki kemampuan untuk mendeteksi tingkat kenyaringan di lingkungan sekitar kita meskipun tidak akurat secara maksimal.
Jika kita sudah mengidentifikasi tingkat kenyaringan dari lingkungan kita, lakukanlah pengaturan waktu lama pajanan suara. Misal ketika kita sedang me-mixing dan mastering lagu dengan tingkat kekerasan 85 dB, batasilah untuk mendengar maksimal selama 8 jam per hari.Â
Atau jika kita sedang latihan dengan durasi lama dalam sebuah ruangan dengan tingkat kekerasan 105 dB, maka gunakanlah alat pelindung telinga seperti earplug atau earmuff yang berguna meminimalisir kekerasan bising yang masuk ke telinga.
Yang terpenting lagi adalah membatasi mendengarkan suara dengan volume nyaring di luar aktivitas bermusik. Salah satunya dengan meminimalisir penggunaan headphone dan mengatur volume pemutar media seperti TV dan radio agar tidak terlalu nyaring saat sedang mendengarkannya.
Untuk lebih amannya jika kita ingin mengetahui bagaimana fungsi pendengaran, lakukanlah kontrol ke dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) agar dilakukan pemeriksaan.Â
Salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui fungsi pendengaran adalah dengan audiometri, di mana kita akan mengetahui bagaimana fungsi pendengaran kita berdasarkan frekuensi-frekuensi tertentu.