Singkat cerita, ternyata setelah menerapkan teori Tarik-menarik pun saya tetap gagal. Setelah menunggu 3 bulan luntang-lantung tanpa pekerjaan, akhirnya ada teman kuliah yang mengajak ikut seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS). Akhirnya, saya iseng mencoba ikut tes dan puji Tuhan sekarang sudah diterima sebagai PNS di Pemkot Surabaya. Padahal, sepanjang hidup saya sebelumnya, tidak pernah sedetik pun terbersit di pikiran ini akan bekerja sebagai abdi masyarakat.
Pengalaman saya ini setidaknya merupakan kontra dari teori yang diusung dalam “The Secret” yang jelas-jelas menurut saya mengandung unsur atheis. Dari pada percaya teori “The Secret” lebih baik saya percaya pada Tuhan. Sebab, berdasar pengalaman saya di atas, Tuhan mungkin tidak mengabulkan harapan saya bekerja di televisi swasta nasional. Tapi, Tuhan tahu apa yang terbaik buat saya. Jadi, jangan buru-buru kecewa kalau tujuan anda belum terrealisasi. Bisa jadi (tanpa kita bisa memahami), itu shortcut Tuhan menuju kondisi anda yang lebih baik.
Bagi kaum atheis, sayang sekali mereka berpikir alam semesta dalam kendali pikiran mereka. Apa yang terjadi adalah atas kehendak mereka. “Saya bisa hidup atau mati sekarang atau nanti terserah saya” demikian kutipan yang sering dijadikan dasar argumen para kaum atheis.
Tapi faktanya, hingga kini manusia (masih) tidak berdaya menghadapi kematian atau takdir. Manusia masih tidak berdaya menghadapi bencana alam, sebut saja Tsunami atau gempa bumi. Hal itu menunjukkan bahwa setangguh apa pikiran kita, manusia masih terlalu lemah bung. Dari kacamata Tuhan, kita semua hanyalah butiran debu yang ditiup saja akan lenyap. Mungkin saya akan menghargai pendapat kaum atheis kalau manusia bisa cheating death. Sejauh manusia pasti mati, maka manusia sejatinya tidak berkuasa atas hidup atau nyawa mereka.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H