Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bertindak Bijaksana

21 Februari 2022   17:24 Diperbarui: 21 Februari 2022   17:26 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin, 21 Februari 2022

Pekan Biasa VII
Yak. 3: 13-18
Mrk. 9: 14-29

Sahabat-sahabat ...
Bertindaklah bijaksana dan berbudi, demikian nasihat Rasul Yakobus. Bijaksana tidak sekadar mengikuti idealisme tetapi dipertautkan dengan realisme. Tidak hanya sekadar realisme tetapi berakar dalam idealisme. Ketika orang mengutamakan idealisme, orang akan terjebak dalam moralisasi bengis. Ketika orang hanya memeluk realisme, orang jatuh dalam pragmatisme tanpa makna.

Jalani kenyataan hidup dengan harapan yang berkobar, itulah kebijaksanaan. Rasul Yakobus, menasihatkan agar kita lemah lembut, netral, tidak munafik dan sebagainya. Dan semua ini, berasal dari hikmat Allah. Maka kita perlu membangun relasi dengan Allah sebagai sumber hikmat dan kebijaksanaan agar kita dikaruniai Rahmat kebijaksanaan.

Sahabat-sahabat ...
Yesus adalah pribadi yang bijaksana. Bukan persoalan karena Dia itu adalah Putera Allah namun Ia menunjukkannya di dalam perbuatan dan pelayanan-Nya. Terhadap anak yang sakit, Ia sungguh berbelas kasih. Ia menyembuhkannya dari penyakit dan juga mengusir setan yang merasuki anak itu. Sikap belas kasih ini berakar dalam idealisme bahwa semua orang harus merasakan keselamatan yang datang dari Allah. Inilah pula yang membuat Yesus tidak hanya mempertahankan warta tentang keselamatan tetapi mau berada di tengah-tengah orang yang sakit dan menderita.

Yesus juga tetap mempertahankan idealisme keselamatan. Itulah yang membuat Ia berani mengatakan secara tegas kepada murid-murid "hai angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu?". Yesus mengingatkan pentingnya iman dan kepercayaan kepada Allah sebagai sumber kekuatan untuk menjalani dan melaksanakan segala sesuatu dalam kenyataan hidup ini.

Marilah kita berjuang bertindak bijaksana dan berbudi. Semua ini perlu dibangun di atas iman dan kepercayaan kepada Allah di dalam doa. Doa sebagai sebuah penghayatan iman yang mendalam dan dinyatakan dalam perbuatan dalam kehidupan real.

Selamat Bermenung. Semangat melayani dengan sepenuh hati.
Tuhan memberkati. Doa Para Malaikat, Bunda Maria, Para Kudus dan Mgr. Gabriel Manek, SVD menyertai kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun