Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lidah: Kecil tapi Efeknya Besar

19 Februari 2022   06:16 Diperbarui: 19 Februari 2022   06:42 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto.dokpri.com

Sabtu, 19 Februari 2022

Pekan Biasa VI
Yak. 3: 1-10
Mrk. 9: 2-13

Sahabat-sahabat ...
Ada peribahasa yang berbunyi "karena nila setitik rusak susu sebelanga". Hemat saya peribahasa ini mengungkapkan bahwa karena sesuatu yang kecil bisa merusak segalanya. Bahwasannya sesuatu yang kecil memiliki efek atau pengaruh untuk hal yang besar.

Rasul Yakobus mengingatkan kita untuk bijaksana dalam menggunakan lidah. Lidah itu salah satu organ dalam tubuh manusia. Ukurannya kecil. Tanpanya kita tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan benar. Walaupun ukuran kecil, lidah memiliki efek yang besar ketika digunakan. 

Bila digunakan secara baik dan benar maka memiliki efek positif yang besar. Bila digunakan secara salah, maka efek buruk atau negatifnya juga besar. Rasul Yakobus mengingatkan bahwa dari lidah dan mulut yang sama bisa keluar berkat dan kutuk. Sekarang tergantung setiap kita mengarahkan dan mengendalikannya, seperti kapal besar dikendalikan oleh kendali yang kecil.

Salah satu kesalahan ketika kita menggunakan lidah kita adalah berdusta. Kita menyebarkan kebohongan yang bisa mencelakakan orang lain dan juga pasti membentuk aura negatif untuk diri kita sendiri. 

Mazmur tanggapan melukiskan dengan indah "dengan bibir manis dan hati bercabang mereka berbicara". Atau dalam bahasa sehari-hari "lain di hati, lain di bibir". 

Namun dusta paling besar adalah juga ketika manusia berdusta kepada Allah sendiri. Dusta itu dalam wujud kita selalu berdoa kepada Allah namun perbuatan kita kepada sesama berbeda. Lagi Rasul Yakobus menulis "dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita. Dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah". Seharusnya ketika kita berdoa kepada Allah, hal yang sama kita lakukan kepada sesama manusia karena sesama adalah citra Allah sendiri.

Sahabat-sahabat ...

Injil menampilkan kisah transfigurasi Yesus di atas Gunung Tabor. Gunung adalah simbol kehadiran Allah. Yesus ke sana berarti Yesus bertemu dengan Allah. Tampak Musa dan Elia bercakap dengan-Nya. Mereka berbicara tentang hal-hal ilahi. Tentu juga tentang proyek keselamatan Allah. Dan tema besarnya adalah tentang bagaimana Yesus akan menderita, sengsara, wafat dan bangkit. Pada posisi lain adalah sikap para murid akan semua itu. 

Mereka ingin mendirikan tenda dan bahkan bingung ketika Yesus berbicara tentang peristiwa Salib yang akan dialami-Nya. Prinsipnya adalah mereka tidak mengerti bahkan keluar dari pokok apa yang dikomunikasikan Allah bagi Yesus dan dengan sendirinya bagi manusia.

Kita diarahkan untuk mengarahkan hati, Budi dan lidah kita untuk terlibat dan masuk dalam komunikasi dengan Allah. Supaya kita memproduksi apa yang benar-benar dikehendaki Allah sekalipun logika Allah itu banyak kali tidak sesuai dengan tuntutan manusiawi kita namun berdaya menyelamatkan. Kita menggunakan lidah kita untuk berbicara dengan Allah (doa), dan kemudian kita lanjutkan dengan sesama dalam komunikasi dengan sesama.

Hendaklah kita membangun aura positif diri kita dan membawa penyelamatan bagi sesama dengan berbicara hal yang positif. Hendaklah kita juga memuliakan Tuhan dengan lidah kita dalam doa tiada henti. Ingatlah lidah itu kecil, namun memiliki efek yang besar ketika ia digunakan sesuai pilihan kita.

Selamat Bermenung. Semangat Melayani Dengan Sepenuh Hati
Tuhan memberkati. Doa Para Malaikat, Bunda Maria, Para Kudus dan Mgr. Gabriel Manek, SVD menyertai selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun