Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Integral: Mengajarkah dengan Diri Bukan dengan Gelar

16 Februari 2022   09:28 Diperbarui: 16 Februari 2022   09:36 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

B. MENGAJARLAH DENGAN DIRI BUKAN DENGAN GELAR

Fenomena dalam pendidikan zaman ini adalah guru atau orang tua mengajar dengan gelar yang melekat padanya. Kalau guru fisika ya mengajar fisika, kalau guru bahasa Inggris ya mengajar bahasa Inggris. Pola ini sebenarnya menggambarkan bahwa guru mengajar karena kerja bukan karena tanggung jawab dan panggilan pemanusiaan manusia. Akibatnya, guru hanya memiliki kesempatan pada saat jam mengajarnya, pada saat di sekolah. Pola ini juga sebenarnya memposisikan pendidikan terkait dengan ilmu saja.

Hendaklah guru mengajar dengan dirinya. Ketika guru mengajar dengan dirinya, ia tidak saja memberikan ilmunya tetapi juga memberikan nilai-nilai lain. Nilai-nilai lain itu seperti bakatnya, keterampilannya dan sebagainya. Kalau guru hanya mengajar dengan gelarnya, ia hanya memberikan ilmunya.

Sering kali guru-orang tua dan atau murid menjadi jenuh bahkan minim kreatif karena guru-orang tua hanya mengajar dengan gelarnya bukan dirinya. Akibatnya pengajaran terkesan monoton dan bersifat mekanistis. Pengajaran dengan seluruh diri memungkinkan terbukanya ruang-ruang kreatifitas dari guru dan juga murid. MENGAJARLAH DENGAN DIRI BUKAN DENGAN GELAR

C. KERJA SAMA GURU-ORANG TUA-MASYARAKAT

Membentuk manusia menjadi lebih manusia bukan urusan satu pihak tetapi urusan banyak pihak. Pihak-pihak itu adalah orang tua, guru dan masyarakat. Orang tua memiliki tanggung jawab di rumah, guru di sekolah sedangkan masyarakat di dalam lingkungan sosial masyarakat. Ketiganya perlu membangun sebuah kolaborasi yang baik. Tidak ada lempar tanggung jawab apalagi lepas tanggung jawab.

Persoalan yang sering ditemukan adalah pendidikan di masyarakat seolah tidak ada guru di sana. Anak-anak belajar dari sesuatu yang terberi. Anak-anak seolah dipaksa untuk menarik dan memetik nilai sendiri di dalam lingkungan masyarakat. Anak-anak seolah berjalan mencari sesuatu, sesuai yang dinginkan. Mengapa demikian? Lingkungan masyarakat lebih dilihat sebagai lingkungan terbuka dan bebas nilai. Pola-pola nilai budaya, agama, politik dan lain-lain seolah dimasukan ke dalam ruang privasi dan tertutup.

Untuk itu masing-masing pihak perlu merekonstruksi kembali tugas dan tanggung jawabnya dalam pendidikan. Orang tua membangun tanggung jawab yang penuh. Sekolah membangun tanggung jawab tidak hanya sebagai pemberian dari luar tetapi panggilan dalam diri. Di dalam masyarakat, perlu penguatan sekaligus pembentukan sistem nilai budaya, nilai agama, nilai politik yang kuat dan jelas agar menciptakan suasana masyarakat-sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun