Kamis, 10 Februari 2022
PW Santa Skolastika, Perawan
1Raj. 11:4-13
Mrk. 7:24-30
Sahabat-sahabat ...
Ada ungkapan yang sangat menarik: emas murni harus diuji dalam tanur api. Bahwasannya segala sesuatu harus terus diuji supaya kita mendapatkan keaslian atau otentisitas kualitas dari barang bersangkutan. Jika tidak, kita bisa saja tertipu. Karena yang tampak tidak selamanya menggambarkan kualitas barang bersangkutan. Yang tampak bisa saja menipu.
Hidup kita manusia juga kadang kala demikian. Acapkali banyak orang tampilkan yang baik-baik tetapi punya rencana buruk. Atau membungkus kejahatan dengan perilaku yang baik, mau dikasihani tetapi memanfaatkan, dan sebagainya.
Sahabat-sahabat ...
Kita temukan dalam bacaan injil seorang perempuan dari Siro-Fenisia datang untuk meminta pertolongan Yesus bagi anak perempuannya. Namun di luar dugaan Yesus menjawab bahwa tidak pantas mengambil roti anak-anak untuk diberikan kepada anjing. Jawaban ini tentu sangat mengejutkan. Jawaban yang memang tidak diharapkan sama sekali. Kata 'anjing' punya konotasi yang sangat buruk. Secara umum anjing adalah lambang kehinaan. Atau ungkapan yang sangat merendahkan. Namun di sinilah letak keistimewaan Yesus. ia justru memberikan shock therapy kepada perempuan Siro-Fenisia untuk tetap menyadari diri di hadapan Tuhan.
Fenisia adalah kota yang sangat maju pada zaman Tuhan Yesus. Dalam sejarah Israel tidak pernah menaklukkan wilayah Fenisia dan mereka tidak pernah masuk ke sana. Budaya mereka sangat tinggi. Bahkan dasar pijakan banyak peradaban dunia dari bumi Fenisia. Abjad Fenisia adalah dasar dari semua abjad di dunia. Mereka sangat dekat dengan mitologi dan filosofi Yunani. Berbanding terbalik dengan bangsa Yahudi yang waktu itu tidak lain adalah bekas jajahan bangsa Mesir.
Singkatnya Yesus sementara berada di sebuah tempat yang secara tertentu merasa lebih 'keren', lebih superior dari bangsa Yahudi. Karena itu, Yesus pakai pendekatan yang berbeda ketika 'menghadapi' perempuan Siro-Fenisia. Dalam hal ini Ia pakai shock therapy untuk mengetahui disposisi batin perempuan bersangkutan. Ternyata perempuan ini memberikan jawaban yang sangat luar biasa terhadap pernyataan Yesus. Ia menyukai jawaban perempuan ini. Sebuah jawaban yang keluar dari iman yang penuh semangat yang tidak mau mendengar jawaban 'tidak'.
Di sini ada seorang perempuan yang mengalami tragedy karena anak perempuan yang mengalami tragedy karena anak perempuannya yang sedang sakit di rumah namun masih saja tetap tenang untuk menjawab Tuhan. Ia justru tidak terganggu dengan shock therapy dari Tuhan. Justru dengan itu ia lebih menunjukkan kualitas imannya. Semakin dibakar ia justru semakin menunjukkan kilaunya. Itulah iman yang sejati.
Sahabat-sahabat ...
Mari kita belajar dari perempuan Siro-Fenisia. Â Bahwa tantangan dalam hidup pasti saja ada. Kita tidak perlu takut menghadapinya. Tuhan pasti selalu berpihak kepada kita asal kita beriman teguh kepada Tuhan. Namun kita harus lebih dahulu siap ikut 'dinamika atau proses' Â yang unik dari Tuhan sendiri. Â Amin.
Selamat Bermenung. Selamat Melayani Dengan Segenap Hati.
Tuhan memberkati. Doa Bunda Maria dan Mgr. Gabriel Manek, SVD menyertai slalu.
Rm. Yustus Nipu, Pr (Pastor Pembantu Paroki Wemasa-Keuskupan Atambua)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H