Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika "Sampul" Bisa Menipu

8 Februari 2022   14:09 Diperbarui: 8 Februari 2022   14:20 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Selasa, 08 Februari 2022

Pekan Biasa V

1Raj. 8:22-23.27-30
Mrk. 7:1-13


Ada istilah yang sangat menarik: don't judge a book by it's cover; jangan menilai buku hanya dari sampul luarnya saja. Istilah ini mau menunjukkan kepada kita bahwa segala sesuatu yang tampak luarnya bagus belum tentu isi dalamnya juga bagus. Meski kita tidak bisa mengelak bahwa ada kemungkinan sesuatu yang tampak luarnya bagus menunjukkan kualitas isinya yang sangat luar biasa. Atau bisa juga sebaliknya.

Ada trend baru yang muncul sekarang. Banyak orang menilai segala sesuatu dari sampulnya saja. Atau yang paling penting sampul. Maka tidak heran banyak hal dikemas sedemikian menariknya supaya membangkitkan animo seseorang supaya tertarik, mengagumi, dan bahkan memilikinya. 

Cewek berusaha sedemikian mempercantik diri supaya dikagumi cowok. Para cowok juga membuat diri berpenampilan menarik supaya dipuja oleh kaum hawa.

Ada yang menyembunyikan dendam di balik senyumannya yang manis, ada yang menyembunyikan kejahatan dengan perilakunya yang sok suci, dsb. Masih ada banyak kasus yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari yang sekurang-kurangnya menggambarkan situasi ini.

Yesus dengan sangat tegas mengkritik orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena mereka jatuh dalam ritualisme. Bagi mereka peraturan dan ketentuan-ketentuan adalah hakikat agama. Menaatinya berarti menyenangkan hati Allah; melanggarnya sama dengan berdosa. 

Bagi orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat, 'sampul' yang paling penting. Tidak perlu isi dalamnya. Di sini ada perbedaan mendasar yakni perbedaan antara orang yang memandang agama sebagai ritus, upacara, dan sekumpulan ketentuan atau peraturan dan orang yang memandang di dalam agama Allah yang mengasihi tanpa batas dan kasih itu diwujud-nyatakan di antara sesama manusia.

Sampul bisa saja menipu ketika kita tidak bertolak lebih dalam untuk menjaga kualitas isinya. Kita tidak bisa mengesampingkan ritus, peraturan atau ketentuan-ketentuan tetapi semuanya itu harus membawa kita menuju pengakuan akan kasih Allah yang tak terbatas bagi kita. 

Semunya itu harus membawa kita pada perjumpaan dengan Tuhan. Jika tidak, kita tidak lebih dari orang munafik yang seluruh hidupnya hanya merupakan 'akting' tanpa ketulusan hati di dalamnya. 

Mari kita berjuang bersama supaya sampul yang kita tunjukkan dalam kehidupan beragama dengan aktif dalam aneka kegiatan menggereja tidak dibangun di atas rasa benci, angkuh, dendam, iri hati, dsb. Jika demikian mari kita buka dulu topeng masing-masing. Karena Allah mampu melihat yang tersembunyi sekalipun. Mari kita berjuang bersama. Amin.

Selamat Bermenung. Melayani Sepenuh Hati.

Tuhan Yesus Memberkati. Doa Bunda Maria menyertai kita selalu.

Rm. Yustus Nipu, Pr

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun