Foto dokpri.com
Jumat, 04 Februari 2022
Pekan Biasa IV
Sir. 47: 2-11
Mrk. 6: 14-29
Sahabat-sahabat ...
Daud dan Herodes sama-sama adalah raja walaupun pada waktu atau periode tertentu dan berbeda. Keduanya memiliki posisi, kuasa, pamor, materi, prajurit, dikenal rakyatnya dan lain sebagainya.Â
Dalam hal kesalahan, keduanya juga memiliki kesamaan; Daud mengambil Betsyeba, Isteri Uria menjadi isterinya dan Herodes mengambil Herodias, isteri saudaranya Filipus menjadi isterinya.Â
Keduanya pun menempuh cara licik untuk mencapai tujuan mereka: Daud menyuruh Uria berperang di garis depan dan meninggal sedangkan Herodes membunuh Yohanes Pembabtis dengan cara yang licik karena ia ditegur.
Namun di antara berbagai kesamaan keduanya, ada perbedaan prinsipil yang membuat hidup keduanya berbeda, di mana Daud dipuja oleh rakyatnya dan mendapat berkat berlimpah dari Tuhan sedangkan Herodes ditakuti oleh rakyatnya dan tidak mendapat berkat dari Tuhan malahan ia memperpanjang rantai kejahatan.Â
Hal-hal itu adalah Daud, selalu dekat dan taat serta setia pada Tuhan. Walaupun ia berdosa, ia menyesali perbuatannya. Sedangkan Herodes jauh dari Tuhan dan malahan bukan menyesal atas perbuatannya walaupun sudah ditegur tetapi malah membunuh Yohanes Pembabtis.Â
Daud tetap tunduk pada yang benar dan memilih untuk taat dan menyesal sedangkan Herodes melawan kebenaran dan memilih untuk membangkang dan justru membenarkan diri.Â
Daud walaupun raja tetapi tetap menyembah Tuhan dengan selalu mempersiapkan kurban dan perayaan untuk Tuhan dan rakyatnya pun menguduskan Tuhan sedangkan Herodes menganggap dirinya adalah segala-galanya.
Sahabat- sahabat ...
Perbedaan dua tokoh besar ini menjadi bahan permenungan bagi kita semua. Bahwasannya kuasa, posisi, materi tidak berarti meniadakan Tuhan dalam hidup kita. Tidak berarti semua itu menuntun kita untuk menjadi Tuhan atas diri dan kebenaran. Semuanya itu justru perlu dimiliki dan dimaknai di dalam Tuhan. Bahwa apapun yang dimiliki sifatnya terbatas dan berasal dari Tuhan. Tuhan tetaplah yang tak terlampaui. Ingat ungkapan klasik "di atas langit masih ada langit".Â
Maka hal yang perlu kita jalani adalah bersyukur dan rendah hati di hadapan Tuhan. Salah satunya adalah harus siap mendengar dan tunduk pada kebenaran yang Tuhan kehendaki dan harus berani menyesali setiap kesalahan lalu membaharui diri dalam perubahan diri. Jadilah berkat bagi orang lain dan bukan menjadi pintu kejahatan untuk orang lain.
Selamat Bermenung. Jangan lupa bahagia.
Tuhan memberkati. Doa Para Malaikat, Bunda Maria, Para Kudus dan Mgr. Gabriel Manek, SVD menyertai selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H