P. CARL SCHOLY, SVD YANG TELAH PERGI
Berita duka menghampiri telinga umat Katolik Keuskupan Atambua pada 22 September 2021, sekitar pukul 20. 00 WITA. Seorang misionaris luar negeri yang telah lama berkarya di Timor menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Marianum Halilulik. P. Carl Scholy, SVD telah pergi untuk selamanya. Entah karena sakit apa, saya dan mungkin banyak orang tidak tahu secara persis. Tetapi yang pasti sang misionaris telah kembali ke rumah Bapa.
Ia  berasal dari negeri panser-Jerman dan merupakan misionaris Eropa terakhir yang berkarya di Keuskupan Atambua. Ia pernah berkarya di beberapa tempat yaitu di Paroki Webora, Paroki Lahurus, di PusPas Atambua, di Paroki Seon dan di Paroki Nela.
Kini ia telah pergi. Â Ungkapan duka datang silih berganti. Kesedihan pun tak dapat dibendung. Foto-fotonya menghias berbagai halaman media sosial disertai caption yang mengungkapkan rasa kehilangan dan doa-doa untuk mengiringi perjalanannya ke rumah Bapa di surga.
Di Paroki Kristus Raja Seon, P. Scholy, SVD bertugas pada tahun 1970-an dan tahun 1990-an. Â Ketika saya menginformasikan bahwa beliau telah meninggal dunia kepada beberapa umat baik secara langsung maupun via medsos, reaksi yang muncul adalah kaget, sedih dan diam membisu. Ada sebagian besar umat yang pernah hidup bersama dengan P. Scholy, SBD dan merasakan pelayanannya selama dia bertugas di Seon.
Salah satu karakter dari P. Scholy, SVD yang banyak dikenang oleh umat Seon adalah beliau mencintai keheningan. Ia sangat tidak suka dengan keributan. Dikatakan bahwa segala kendaraan baik roda dua maupun empat yang digunakan oleh umat untuk datang ke Pastoran mengurus segala sesuatu atau meminta pelayanan pastoral harus diparkir di luar pagar gereja. Tujuannya agar tidak menimbulkan keributan. Masih ada cerita lain tentang beliau yang ada di benak atau ingatan umat Paroki Kristus Raja Seon.
CARL YANG DATANG
Adalah salah satu pasangan bernama Dominggus Mauk Halek dan Emilia Da Costa. Mereka baru memiliki seorang anak laki-laki berumur sekitar 6-8 bulan. Kulitnya putih, mukanya bulat, badannya gemuk. Kelihatan mirip orang-orang Eropa atau dalam bahasa orang setempat disebut mirip bule/malae mutin.
Nama awal  yang dipilih orang tuanya untuk dibabtis adalah Alexander Alvaro Halek. Namun saya berdiskusi dan mengusulkan agar nama anak mereka ditambah Carl menjadi Carl Alexander Alvaro Halek.Â
Saya mengatakan kepada mereka bahwa P. Scholy yang pernah bertugas di Seon telah meninggal. Anak mereka  juga memiliki kemiripan dalam hal fisik seperti kebanyakan orang Eropa.Â
Maka nama Carl yang adalah nama awal P. Carl Scholy, SVD ditambahkan ke nama anak mereka. Biar supaya P. Carl Scholy, SVD tetap hidup di hati umat Paroki Seon. Selain itu supaya keutamaan-keutamaan P. Scholy, SVD juga turun atas anak mereka dan ia menjadi pendoa bagi anak mereka. Mereka akhirnya pun setuju supaya anak mereka dibabtis dengan nama "Carl Alexander Alvaro Halek".
NAMA ITU MONUMEN
Ada peribahasa latin yang berbunyi "nomen est omen" yang artinya nama menunjukkan karakter/identitas. Bahwa nama selain sebagai identitas seseorang tetapi juga terkandung di dalamnya karakter dari seseorang. Ketika orang menyebut P. Carl Scholy, SVD maka orang tidak hanya mengenal ciri fisiknya seperti ini atau itu yang membedakannya dari orang lain tetapi juga mengetahui karakter dari beliau. Dan semuanya itu bersifat unik.
Anak-anak yang dibabtis hari ini dan atau nama kita sendiri, memiliki makna; memiliki sejarah. Coba tanyakan kepada orang tuamu atau orang tua mereka, mengapa mereka menamakan anak mereka seperti itu. Pasti mereka akan menjelaskannya.
Orang Katolik disarankan memilih nama santo-santo. Tujuannya adalah nama itu sebagai identitas kristiani, meterai ilahi tetapi lebih dari itu supaya orang Katolik tumbuh dengan meneladani spiritualitas orang Kudus itu dan supaya orang Kudus tersebut menjadi pendoa baginya sendiri.
Penambahan nama Carl pada Alexander Alvaro Halek pun bertujuan sebagaimana dijelaskan di atas. Walaupun P. Carl Scholy belum atau mungkin tidak akan menjadi orang Kudus tetapi diharapkan anak itu bertumbuh dalam keutamaan hidup P. Carl Scholy, SVD dan P. Carl Scholy, SVD menjadi pendoa baginya sendiri.Â
Selain itu nama Carl menjadi monumen yang mengingatkan akan seorang pribadi, seorang pelayan, seorang misionaris yang pernah menabur sabda Tuhan di Paroki Seon.
Nama Carl akan mengandung sejarah yang menjelaskan tentang pribadi tertentu dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Nama Carl akan menceritakan atau menjelaskan seorang manusia yang pernah hidup pada rentan waktu tertentu, pada tempat tertentu dengan segala pengalaman hidupnya, dengan segala cerita dan makna hidupnya. Itulah mengapa dalam tradisi tertentu, nama anak juga dipilih dari nama leluhurnya.
Selamat Jalan P. Carl Scholy, SVD dan selamat datang Carl Alexander Alvaro Halek. Kau tetap abadi di hati kami dan abadi di dalam  nama Carl Alexander Alvaro Halek. Doakanlah kami semua terutama anak Carl Alexander Alvaro Halek.
Seon, 23 September 2021
Jeff Ndun, Jr
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H