Mohon tunggu...
Jefri Haryono Nainggolan
Jefri Haryono Nainggolan Mohon Tunggu... Freelancer - :)

(contact me: jefriharyononainggolan@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jika Aku Jadi Nadiem Makarim

27 Oktober 2019   04:21 Diperbarui: 27 Oktober 2019   12:19 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebenarnya saya tidak terlalu peduli siapa pun menteri-menteri yang dipilih Presiden Jokowi dalam periode kedua jabatannya itu. Tapi sebagai anak bangsa, saya juga ingin menuangkan gagasan walau hanya melalui tulisan sederhana ini.

Berawal dari sebuah percakapan ringan dengan seorang teman  yang mengeluhkan betapa sulitnya survive di era sekarang ini jika hanya mengandalkan Izajah pendidikan. "saya bahkan sudah mengantongi izajah S2 bro, tapi sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang cocok dengan kemampuan saya" ujarnya kala itu sembari menyeruput kopi nya.

Terakhir dia mengaku mau tak mau harus mengambil tawaran kerja yang jauh dari basic pendidikannya dan gaji nya juga hanya cukup untuk hidup sehari-hari. "mau membangun rumah-tangga juga rasanya sangat berat bro, padahal umur sudah semakin matang" kata nya sebagaimana keluh-kesah generasi milenial pada umumnya yang mengharapkan kestabilan financial baru memikirkan membangun rumah tangga.

Saya memang tidak berhak menyalahkan dirinya. Ada sebab dan akibat mengapa kejadian seperti ini menjadi sesuatu yang lumrah kita temui di Negara kita ini.

Sulit memang menjelaskan akar masalahnya, dan bisa dibilang rumit bin pelik. saya juga merasa tidak layak untuk membahas hal-hal seperti ini karena tentu para ahli-ahli sudah jauh lebih memahami persoalan ini. Tapi setidaknya kita tidak apatis akan keadaan di sekitar kita.

Jika kita berkaca pada realita, tak heran memang jika pada masa nya rekrutmen Pegawai Negeri Sipil dibuka, kita bisa melihat antusiasme ribuan bahkan jutaan para pelamar bersaing keras agar bisa menjadi salah satu yang lolos. Dan itu diharapkan bisa mengubah nasib dan menjamin kestabilan ekonomi hingga hari tua. Dan itu terjadi selama puluhan tahun sejak Indonesia merdeka.

Cerita kami kemudian berlanjut menjadi agak serius...

"Sejatinya dunia pendidikan kita ini gagal bro" kata dia kemudian. Dan ini menurutku semakin menarik untuk dibicarakan. Kenapa? tanyaku semakin penasaran.

"aku sebenarnya dari kecil sangat suka seni terutama musik" jawab nya dengan mimik serius.

"Tapi lingkungan, sekolah dan keadaan tidak pernah membawaku untuk menemukan apa sebenarnya passion ku dan bagaimana harusnya aku menjalani kehidupanku" tambahnya.

Terbukti memang, dia sangat mahir memainkan alat-alat musik dan vokalnya juga sangat bagus. Hal ini membuatku teringat dengan beberapa teman yang sangat berbakat di beberapa bidang, tapi akhirnya pasrah  dengan tuntutan keadaan harus hidup dari pekerjaan yang bukan passion nya. Bakatnya tidak pernah diasah dan kemudian jadi tumpul. "hidup semengalirnya saja" hidup ini keras" itu kata-kata yang sering kudengar dari mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun