Kompasiana Itu Ibarat Terminal Angkot

Di dalam Kompasiana ini banyak sekali individu dengan berbagai latar belakang dan kepentingan. Tidak bisa diseragamkan begitu saja.

1. 
   
2. Ada yang ngasong sambil tereak-tereak menawarkan dagangan entah dengan cara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.
   
3. Ada yang jadi penjaga mushola terminal sekaligus jadi muadzin.
   
4. Ada yang jaga toilet sekaligus cleaning service.
   
5. Ada yang sok alim, suka nolong penumpang, tetapi lengah dikit diembat dompetnya.
   
6. Ada yang sok mengarahkan padahal sebenarnya nyalo.
   
7. Ada yang merasa senior dan sekaligus jadi preman, karena dekat dengan pengelola terminal.
   
8. Ada yang jadi bandar cliwik di pojok terminal.
   
9. Ada yang datang ke terminal bukan untuk naik angkot, tetapi untuk nyari teman ngobrol sekaligus membahas ramalan togel nanti malam.
   
10. Ada yang jadi pengamen yang terlalu pede dengan suara cempreng dan bersenjatakan kecrek-kecrek dari tutup botol coca-cola.
    
11. dsb.
    

Jadi, kalau memang pinginnya ngirit naik angkot di terminal, ya gak usah terlalu risau dengan suara cempreng pengamen, atau tereakan para calo yang gak jelas maknanya.

Kalau pingin eksklusif dan berkelas, ya naik aja taksi. Joknya empuk, AC-nya mak nyes, dan sopirnya gak banyak cakap. Yang penting argonya jalan.

Wassalam.