Pada era perjanjian lama, memang mengatakan bahwa pemimpin itu dikategorikan sebagai mesias politik, dan tidak terlepas dari pengalaman bangsa Israel, dimana pandangan bangsa Israel terkait dengan pemimpin pada waktu itu adalah sebagai Mesias itu yang menyelamatkan. Dalam perjanjian baru juga dikatakan hal yang sama, dimana bertolak dari pengalaman para rasul.Â
Para rasul sebelum mengenal Yesus secara lebih dalam, mereka menganggap Yesus itu sebagai Mesias Politik. Tetapi setelah post paskah atau peristiwa paskah, barulah para murid atau rasul itu menganggap yesus itu sebagai Mesias atau Tuhan.
Perspektif-perspektif yang selalu menitikberatkan bahwa Yesus itu mesias politik, seharusnya mampu memahami arti mendasar kehadiran Yesus sebagai pemimpin. pandangan yang keliru itu dapat membalikan opini yang salah terkait dengan arti Mesias, khususnya bagi ognum-ognum yang selalu berkonfrontasi dengan sikap gereja.Â
Sehingga dalam konteks kepemimpinan sekarang ini, pemimpin itu seharusnya selain mampu untuk memimpin juga harus pandai membawa masyarakat kepada kesejahtraan atau kedamaian, sebagaimana yang dilakukan oleh Musa, Yosua dalam perjanjian lama, dan Yesus dalam Perjanjian Baru, menghantar manusia kepada kebahagian dan keselamatan. Jadi anggapan Mesias politik itu harusalah dipahami secara lebih baik, sehingga tidak salah mengartikan Mesias itu.
Relevansinya dalam kepemimpinan Gereja saat ini.
Hakikatnya, apa yang melatarbelakangi peristiwa Mesias politk dan Yesus sebagai Mesias itu, bisa menjadi contoh atau tolak ukur dalam model kepemimpinan saat ini, di mana mengutamakan keselamatan dan kesejahtraan masyarakat itu lebih penting daripada membicarakan hal-hal yang tidak penting terkait dengan cara atau metode yang ditawarkan oleh gereja. Berargumen memang baik, tetapi harus dilatarbelakangi oleh kebenaran, karena kebenaran dapat mendamaikan semua yang dianggap keliru atau menyimpang.
Pemimpin itu harus mampu melihat dan menciptakan kesejahtraan dalam hidup bermasyarakat. Begitupun dalam kepemimpinan Gereja. Gereja tidak hanya berdiri tegak saja, tetapi bagaimana gereja mengayomi umatnya untuk berada pada jalan yang sama yakni kesejahtraan dan kebahagian umat. Jadi pemimpin yang dipercayakan di dalam Gereja itu harus sadar bahwa kebahagian umat menjadi prioritas atau menjadi hal yang esensial
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H