Mohon tunggu...
moh Jefri Ali robbi
moh Jefri Ali robbi Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

main futsal dan motoran

Selanjutnya

Tutup

Healthy

perbedaan gender dalam kualitas pasien hemodialisis:pandangan dari dosen keperawatan umm

8 Januari 2025   13:32 Diperbarui: 8 Januari 2025   13:32 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyakit ginjal kronis merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus menjadi perhatian di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam kondisi ini, pasien sering kali harus menjalani terapi hemodialisis untuk menggantikan fungsi ginjal yang sudah tidak optimal. Namun, proses hemodialisis tidak hanya membawa tantangan fisik, tetapi juga mental dan emosional bagi pasien. Bagaimana pria dan wanita beradaptasi dengan terapi ini menjadi salah satu fokus penelitian terbaru yang dilakukan oleh para dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yaitu Nur Aini, Lilis Setyowati, Erma Wahyu Mashfufa, Myrna Setyawati, dan Ollyvia Freeska Dwi Marta.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional di salah satu rumah sakit di Indonesia, melibatkan 239 pasien hemodialisis, yang terdiri dari 112 perempuan dan 127 laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk memahami perbedaan gender dalam faktor penentu kualitas hidup pasien hemodialisis. Data yang dikumpulkan mencakup karakteristik sosial-demografis, tingkat depresi, kualitas hidup terkait penyakit ginjal, serta aspek spiritual pasien.

Temuan Utama Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara pria dan wanita dalam beberapa aspek kehidupan. Salah satu temuan penting adalah bahwa wanita cenderung memiliki skor depresi total yang lebih tinggi dibandingkan pria. Depresi, khususnya dalam domain "depressed affect", menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kualitas hidup pasien wanita secara signifikan. Di sisi lain, pada pasien pria, usia dan tingkat depresi menjadi faktor penentu utama kualitas hidup mereka.

Namun, ketika berbicara tentang aspek spiritual, baik pria maupun wanita menunjukkan tingkat spiritualitas yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mengalami tantangan berat, pasien tetap memiliki pegangan spiritual yang kuat. Aspek ini dianggap sebagai salah satu sumber kekuatan dalam menghadapi perjalanan panjang terapi hemodialisis.

Salah satu hal menarik lainnya adalah tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam dukungan keluarga antara pria dan wanita. Dukungan keluarga tetap menjadi elemen penting bagi kedua kelompok, membantu mereka menjalani terapi dengan lebih baik.

Makna di Balik Penelitian

Menurut Nur Aini, salah satu peneliti, "Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan perawatan pasien hemodialisis perlu mempertimbangkan faktor gender. Wanita cenderung lebih rentan terhadap tekanan emosional, sehingga dukungan psikologis dan terapi yang lebih intensif mungkin diperlukan bagi mereka."

Sementara itu, Lilis Setyowati menambahkan, "Penting untuk menyadari bahwa spiritualitas dapat menjadi sumber kekuatan yang luar biasa bagi pasien. Oleh karena itu, pendekatan holistik yang mencakup aspek spiritual juga harus diprioritaskan dalam perawatan."

Erma Wahyu Mashfufa menekankan pentingnya pemahaman tentang depresi sebagai faktor penentu kualitas hidup. "Dalam penelitian ini, depresi memainkan peran besar, terutama pada pasien wanita. Oleh karena itu, tenaga medis perlu memberikan perhatian khusus untuk mengidentifikasi dan menangani gejala depresi sejak dini," jelasnya.

Kesimpulan dan Harapan

Melalui penelitian ini, para dosen Keperawatan UMM berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan strategi perawatan yang lebih baik bagi pasien hemodialisis. "Kami berharap hasil penelitian ini bisa menjadi acuan untuk menyusun kebijakan dan program perawatan yang lebih efektif, khususnya dalam menghadapi tantangan yang berbeda antara pria dan wanita," ungkap Myrna Setyawati.

Ollyvia Freeska Dwi Marta menambahkan, "Dengan pendekatan yang tepat, kami yakin pasien hemodialisis dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik, terlepas dari tantangan yang mereka hadapi."

Penelitian ini tidak hanya memperkaya ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan harapan baru bagi para pasien hemodialisis untuk tetap semangat menjalani hidup dengan dukungan keluarga, spiritualitas yang kuat, dan perhatian dari tenaga medis yang peduli. Semoga hasil penelitian ini dapat menginspirasi berbagai pihak untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun