Mohon tunggu...
Jefri Angga Hardianto
Jefri Angga Hardianto Mohon Tunggu... -

Anak pertama dari tiga bersaudara..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mirisnya Kartini Kita..

23 September 2012   06:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:53 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wanita jaman dulu ikut berperang membantu para pejuang, mereka terjun ke medan pertempuran dengan membawa kotak obat P3K.

Wanita jaman sekarang, kebanyakan maju ke pertempuran dengan kondom berbagai merek di dalam tas. Wanita jaman sekarang, malah menyuruh dan menggoda para lelaki untuk berbuat hal - hal gila, mulai dari korupsi hingga selingkuh.

Saya tidak munafik, kalau saya adalah pria yang suka wanita.

Tapi satu hal yang tidak di pahami para wanita, lelaki berbuat karena ada kesempatan.

Dan satu hal yang sangat beda antara wanita saat ini dengan wanita jaman dulu. Wanita jaman dulu, kehormatan dan mahkota paling berharganya adalah harga dirinya.

Tapi yang terjadi pada wanita saat ini, mahkota dan yang paling berharga adalah Rambut dan Uang.

Mereka tidak perduli lagi dengan harga diri, karena harga diri bisa dibeli. Itulah kenyataan yang terjadi saat ini.

Sediiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiih………………tapi apa daya…..mata hanya bisa melihat…..

Dan tidak bisa merasakan wanita tersebut..

hahahahaha

Satu hal yang sangat membuat sedih, bagaimana tidak para wanita - wanita yang jadi TKW, mulai dari Timur Tengah hingga ke Asia.

Pemerinta selalu mengatakan mereka adalah PAHLAWAN DEVISA, tapi setahu saya pemerintah hanya menutup mata disaat diantara para TKW tersebut mengalami kekerasan.

Selama ini bagaimana kita lihat, ketidak becusan pemerintah dalam mengatasai hal tersebut. Mungkin selama ini anda hanya bisa membaca informasi.

Tapi tahukah anda…?????

Bahwa di luar negeri sana, para TKW ini banyak yang di jadikan sebagai budak nafsu para lelaki hidung belang, banyak di penjara karena melakukan kesalahan atau kabur dari majikan. Sekali lagi pemerintah diam dan menutup mata terhadap hal tersebut.

Hal inilah yang tidak di fahami oleh pemerintah dan para anggota dewan yang malah sibuk mengurusi dapur dan perut mereka masing - masing.

Ya allah, inilah negaraku...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun