Di pasar-pasar tradisional Papua, pemandangan Mama-Mama Papua yang berjualan lesehan adalah hal yang umum. Mereka duduk di atas tikar atau alas sederhana, menjajakan hasil bumi dan kerajinan tangan. Tradisi ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga mencerminkan ketahanan dan budaya yang kuat.
Mengapa Mama-Mama Papua Berjualan Lesehan?
Berjualan lesehan telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi Mama-Mama Papua. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan ini:
- Keterbatasan Fasilitas: Banyak pasar tradisional di Papua yang belum memiliki fasilitas memadai seperti meja atau kios. Dengan berjualan lesehan, Mama-Mama Papua dapat memanfaatkan ruang yang ada dengan lebih fleksibel.
- Kedekatan dengan Pembeli: Berjualan lesehan memungkinkan interaksi yang lebih dekat dan personal dengan pembeli. Ini menciptakan suasana yang lebih akrab dan ramah, yang penting dalam budaya Papua.
- Kemudahan Penataan Barang: Dengan lesehan, mereka dapat menata barang dagangan dengan cara yang menarik perhatian pembeli. Barang-barang seperti sayuran, buah-buahan, dan kerajinan tangan dapat ditampilkan dengan lebih mudah.
Kualitas Barang Dagangan
Barang dagangan yang dijual oleh Mama-Mama Papua umumnya berkualitas tinggi. Mereka menjual hasil kebun sendiri seperti ubi, keladi, buah-buahan, sayuran, serta ikan dan kerajinan tangan khas Papua. Kualitas barang dagangan mereka sangat baik karena:
- Kesegaran: Barang-barang yang dijual biasanya dipanen pada hari yang sama, sehingga kesegarannya terjaga.
- Keaslian: Banyak barang yang dijual adalah hasil kerajinan tangan asli Papua, seperti noken (tas rajutan tradisional Papua), yang memiliki nilai budaya tinggi.
- Keberagaman: Selain hasil bumi, mereka juga menjual ikan asap dan binatang hasil buruan seperti kuskus, yang menambah keberagaman barang dagangan.
Respon Pemerintah
Pemerintah setempat telah memberikan perhatian terhadap Mama-Mama Papua yang berjualan lesehan. Beberapa langkah yang telah diambil antara lain:
- Pembangunan Pasar Khusus: Pemerintah telah membangun pasar khusus seperti Pasar Mama-Mama Papua di Jayapura, yang menyediakan fasilitas lebih baik untuk para pedagang.
- Pelatihan dan Dukungan: Pemerintah juga memberikan pelatihan dan dukungan untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing Mama-Mama Papua dalam berjualan.
- Pengawasan dan Penertiban: Ada upaya untuk menertibkan pedagang agar tidak berjualan di tempat yang tidak semestinya, namun hal ini sering kali menimbulkan protes dari para pedagang Mama-Mama Papua yang merasa terpinggirkan.
Alasan Terpinggirkan
Maksud dari pengawasan dan penertiban ini adalah upaya pemerintah untuk memastikan bahwa pedagang, termasuk Mama-Mama Papua, berjualan di tempat yang telah ditentukan dan sesuai dengan peraturan yang ada. Tujuannya adalah untuk menjaga ketertiban, kebersihan, dan keamanan di area pasar serta di sekitar kota.
Namun, upaya ini sering kali menimbulkan protes dari Mama-Mama Papua yang sebagai Pedagang. Beberapa alasan mengapa mereka merasa terpinggirkan antara lain:
- Lokasi Baru yang Kurang Strategis: Mama-Mama Papua merasa tempat yang disediakan oleh pemerintah mungkin tidak sebaik lokasi sebelumnya dalam hal aksesibilitas dan jumlah pembeli. Sehingga “Hal ini” yang dapat mengurangi pendapatan mereka.
- Biaya Tambahan: Kadang-kadang, tempat baru yang disediakan memerlukan biaya sewa atau biaya lainnya yang lebih tinggi, yang bisa menjadi beban tambahan bagi para pedagang.
- Kehilangan Pelanggan Tetap: Pedagang yang sudah memiliki pelanggan tetap di lokasi lama mungkin kehilangan mereka jika harus pindah ke tempat baru.
- Kurangnya Fasilitas: Tempat baru mungkin belum memiliki fasilitas yang memadai seperti air bersih, sanitasi, atau tempat penyimpanan yang aman.
Protes ini mencerminkan kekhawatiran para pedagang Mama-Mama Papua bahwa perubahan tersebut dapat berdampak negatif pada mata pencaharian mereka. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mendengarkan suara para pedagang Mama-Mama Papua ini dan mencari solusi yang dapat menguntungkan semua pihak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI