Mohon tunggu...
Jeff Malayu
Jeff Malayu Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Penulis

Manusia, makan nasi. 🗿

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Hilangnya Tanah Air Kita

28 Januari 2024   09:33 Diperbarui: 28 Januari 2024   09:36 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beragam kebudayaan Indonesia, menjadikan suatu peradaban yang kaya dan adat-istiadat pun dijadikan pegangan hidup. Persemakmuran yang tercipta, juga berasal dari tanah yang mereka pijak. Begitu pun dengan norma-norma masyarakat setempat yang senantiasa berbudi luhur dan menjaga kesopanan. Layaknya pepatah:

"Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung".

Peribahasa inilah yang selalu menjadi ingatan bagi setiap individu untuk senantiasa bersikap sopan di kampung orang dan menjaga perilaku ketika bertamu di rumah orang. Namun, berkembangnya teknologi dan budaya kebarat-baratan, telah mengikis norma-norma yang berlaku dan beragam oknum telah membuat keputusan sepihak seperti menjual tanah adat yang dimana tanah tersebut merupakan milik suatu masyarakat setempat dan tidak boleh diganggu gugat. 

Pulau Rempang adalah contoh. Lihatlah mereka yang perlahan terusir dari tanah nenek moyangnya, semata demi keuntungan orang asing. Bagaimana dengan negara? Apakah negara mampu memberi solusi dan menjamin bahwa investor asing akan memberi keuntungan dan segala persemakmuran itu digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat? 

Penulis meragukan itu semua. Bukannya membantu, pemerintah seakan menambah beban. Ditambah proses yang tidak transparan dan tindakan otoriter, menambah rasa benci dalam pikiran masyarakat. Bagaimana caranya melindungi tanah kalau kita meminta perlindungan dengan Oligarki dan Nepotism. 

*Kesimpulan Penulis

Dari sejarah, kita bisa menilai bagaimana tanah Republik ini dijajah dan juga siapa pendukung atas tindakan tercela tersebut. Tak lain dan tak bukan adalah penduduknya sendiri. Beberapa oknum yang berkuasa, sudah lumrah menyalahgunakan kuasa. Lihatlah masyarakat Rempang, siapa dalang dibalik peristiwa itu. Hukum nampak sebagai kata saja karena penegak hukum mayoritas hanya belajar tentang hukum, bukan mengamalkan ilmu hukum yang sebenarnya. 

Yang bisa kita lakukan, hanyalah menunggu waktu dan konflik yang besar-besaran. Chaos adalah kunci perubahan saat ini. Revolusi dimasa depan akan tercipta dan generasi itu, harus dimatangkan pola pikirnya dari sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun