Mohon tunggu...
Jefara Saputra
Jefara Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati dari Martin hoffman

18 Januari 2025   15:27 Diperbarui: 18 Januari 2025   15:27 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Empati diartikan sebagai kemampuan untuk menempatkan diri dalam

perasaan atau fikiran orang lain, tanpa secara nyata harus terlibat dalam perasaan

atau tanggapan orang itu. (Powell : 1983, Feshbach dan Roe : 1968, Hoffman :

1977). Dalam perkembangannya, empati sudah ada sejak usia awal, yang

ditunjukkan melalui reaksi fasial, kemudian mengalami perkembangan sejalan

dengan pertambahan usia (Levine dan Hoffman, 1975), elaborasi kognisi

(Hoffman, 1976). Jika dalam perjalanannya ternyata antara satu orang dengan

yang lainnya memiliki perbedaan dalam memberikan atau menerima reaksi

empati, hal itu dikarenakan oleh (a) perbedaan jenis kelamin, (b) perbedaan self steam dan (c) tuntutan  keluarga Penelitian yang dilakukan oleh Maccoby dan Jacklin (dalam taufik,
2012:39) menunjukkan bahwa pada usia awal perkembangan anak laki- laki lebih
banyak menunjukkan sikap empati dari pada anak perempuan. Namun demikian,
seiring dengan perkembangannya perempuan lebih banyak menunjukkan empati
dari pada laki-laki.
"Empathy is the ability to take anothers emotional perspective and to feel
with that person, or respond emotionally in a similar way" (Berk, 2009). Selain
itu, empati juga diartikan sebagai kemampuan untuk mendalami emosi individu
lain, merasa apa yang dirasainya dan kemampuan untuk respon dalam keadaan
diri mempunyai perasaan/emosi yang sama seperti individu berkenaan. Menurut
Hoffman (dalam Taufik, 2012:40), perkembangan moral ditandai juga dengan
adanya perkembangan perilaku prososial dan empati dalam diri seorang anak.
Hoffman mengemukankan bahwa dalam perkembangannya, empati memiliki dua
dimensi yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif, selain itu dalam
perkembangan empati memiliki korelasi dengan perkembangan kemampuan
kognitif. Empati banyak disebut sebagai motif dasar bagi seseorang untuk
bertindak prososial, namun demikian banyak penelitian hanya mendapatkan
hubungan antara empati dengan prekembangan perilaku prososial.
Allport dalam Taufik (2012: 39) mendefinisikan empati sebagai perubahan
imajinasi seseorang ke dalam pikiran, perasaan, dan perilaku orang lain. Dia
percaya bahwa empati berada di antara kesimpulan (inference) pada satu sisi, dan
intuisi di sisi lain. Allport juga menitikberatkan pada peranan imitasi di

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun