Pengalaman pertama sekali menggunakan transaksi non tunai adalah sewaktu kuliah dulu. Kala itu setiap mahasiswa difasilitasi dengan Kartu Tanda Mahasiswa yang sekaligus berguna sebagai kartu debit. Mungkin itu salah satu cara mensosialisasikan gerakan non tunai, yakni dengan "mengharuskan" para mahasiswa memiliki salah satu instrument pembayaran non-tunai untuk digunakan dalam melakukan transaksi pembayaran. Hanya saja di awal tahun saya belum paham betul bagaimana menggunakannya. Maklumlah saya juga mahasiswa perantau dari desa waktu itu, jadi masih belum melek soal kemajuan teknologi yang memudahan hidup.
Hingga suatu hari saya memperhatikan KTM itu dan melihat ada garis hitam memanjang. Kemudian muncul pertanyaan, "sepertinya ini bisa digesek buat belanja ya? Seperti yang di film dimana ada adegan yang cara bayar belanjaannya cuma gesek kartu." Karena masih takut salah persepsi, kemudian saya perjelas rasa penasaran itu kepada pegawai bank yang memang tersedia di dalam kampus.
"Bisa dek, asal ditempat belanjaan tersedia layanan menerima pembayaran melalui kartu debit. Kartu itu kan termasuk debit, coba liat simbol bagian bawahnya lengkap dengan atribut debit, atm bersama." Jawab si pegawai bank.
Lalu saya perhatikan kartu tadi dan mencari simbol-simbol yg dikatakan si pegawai tadi. Aha ternyata benar dugaanku kalau ini bisa dipakai buat belanja selama memenuhi aturan dari penggunaan debit tersebut.
Aturan pertama, harus ada saldo di dalamnya harus diisi terlebih dahulu. Cara bagaimana mengisi saldo supaya ada tersimpan dalam debit adalah si pemilik kartu harus menyetorkan sejumlah uang ke bank atas nomor dan nama rekeningnya sendiri. Rekam setoran itu nantinya terlihat dalam cetakan buku tabungan dan slip setoran yg sudah di approve. Pemilik kartu debit harus ingat berapa isi saldo di dalam supaya tahu membeli barang dengan harga yang tidak melebihi isi tabungan yang terekam dalam kartu debit sendiri. Kalau ternyata nominal yang kita bayar lebih besar dari saldo yang ada dalam debit maka transaksi tidak akan berhasil, alhasil kita pun bisa malu karena saldo tidak cukup.
Aturan kedua, kegiatan transaksi pembayaran melalui debit hanya dapat dilakukan di pasar modern seperti minimarket, mall, cafe, maupun restoran yang memang menyediakan fasilitas pembayaran non tunai. Tandanya adalah adanya alat gesek kartu dengan simbol/logo perbankan tertentu. Jangan pernah melakukan pembayaran menggunakan debit kepada inang-inang (ibu-ibu) penjual sayur di pajak (pasar), bukannya transaksi berhasil bisa-bisa kena semprot dah. Karna tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat awam era "tempoe doeloe" yg belum paham dan familiar dengan alat pembayaran non tunai dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Aturan ketiga, harus hafal pin kartu debit. Dihafal bukan dicatat atau disimpan dalam hape. Karena kalau tas hilang beserta segala isi didalam, seperti dompet, hape, kartu-kartu dan lain-lain maka habislah sudah. Pin yang harusnya privasi bisa didapat maling dengan mudah karena terekam dihape atau catatan kecil yang selalu dibawa-bawa dalam tas. Akhirnya isi debitpun ikut terkuras. Itulah mengapa sangat disarankan menghafal sendiri pin kartu debit demi kemanan. Pin itu sangat dibutuhkan untuk menyetujui transaksi pembayaran non tunai supaya nominal harga yang kita bayarkan dapat terpotong dan transaksi berhasil. Usahakan untuk tidak mengekspose pengetikan pin saat pembayaran supaya lebih aman.
Aturan keempat, saat digunakan atau tidak digunakan, kartu harus selalu dijaga dan disimpan dengan baik. Jangan dekatkan kartu ke sumber yang mudah terbakar atau dijadiin mainan sama keponakan karena bisa jadi rusak karena digigit-gigit.
Aturan terakhir, berbelanjalah dengan bijak saat menggunakan debit. Hidup bukan tentang menghabiskan apa yang ada namun juga memberdayakan apa yang ada demi kemudahan hidup dan mencukupkan diri dengan apa yang ada. Kalau tidak bijak menggunakannya maka terjadilah seperti yg disebut dalam istilah "lebih besar pasak daripada tiang".
Kalau kartu debit bisa digunakan untuk belanja, maka kartu kredit juga bisa. Kegunaannya sama yakni sebagai alat pembayarn non tunai, hanya ada perbedaan sedikit. Kalau kartu debit, saldo harus diisi sesuai keinginan kita dan belanjanya juga sesuai saldo yang kita punya. Kalau kartu kredit, pihak bank akan memberikan limit saldo yang berhak kita habiskan untuk kemudian kita lunasi. Jadi bisa dikatakan kartu kredit itu pakai dulu baru bayar.