Aku gugur...
Di tanah rusak parah dengan kebencian tak berarah
Di bulan yang bersinar merekah dengan desahan angin penuh amarah
Di rumput yang terinjak lemah dengan teriakan penuh umpat dan sumpah
Di tempat dimana sang tuhan tiada kuasa untuk menahan penentang perdamaian
Di tempat dimana tiada keheningan yang mampu meredam kalutnya keramaian
Tubuhku lelah, bermandikan darah
Dari musuh yang terbunuh kalah
Menyerangku seperti banjir dari segala arah
Memberiku hadiah sebuah luka parah
Tiada ceramah yang menghentikan mereka berulah
Tiada dosa berbuah yang mereka takuti
Demi memuaskan kematian keji
Yang telah mereka kehendaki
Kami, para manusia yang gugur...
Masih sanggup bangkit dan bertempur
Untuk yang terakhir sebelum pulang ke rumah tamah para leluhur
Dimana kehidupan dan kematian telah melebur
Oh, sungguh...pemandangan yang memilukan
Dimana mayat adalah daratan dan darah sebuah lautan
Dan kami diantaranya, dimana terletak di tempat tanpa kemanusiaan
Tanpa malaikat, tanpa tuhan
Bersama di kesendirian dan kematian serta kebinasaan
Inilah sebuah awal keputusasaan dan penderitaan bagi mereka yang bertahan
Serta akhir umur bagi kami yang gugur
Terkenang dalam sejarah dan pesan ngeri dari dunia bawah
Yang mungkin akan berulang di masa yang akan datang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H