Mohon tunggu...
Jebe Harco
Jebe Harco Mohon Tunggu... pegawai negeri -

saya cinta Indonesia dengan bentuk yang lebih aduhai.. hidup Republik Indonesia Serikat..! long live United States of Indonesia..! Merdekaa!!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

'Wakil' Tuhan vs 'Tangan Kanan' Tuhan

28 November 2013   09:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:35 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

menyaksikan dokter-dokter demo kemarin, tergerak kembali untuk menulis dari sudut yg berbeda..

dengan pita hitam, slogan2 , spanduk n poster  bertulisan besar2 yg kontrapoduktif dgn gelar yg di embannya para kaum 'docere' berjejer rapi menuju gedung MA.  dari yang saya saksikan, saya berani pastikan yg turun kejalan tidak lebih dari 3/4 baca putusan (ini berdasarkan tulisan n jargon yg mereka perlihatkan). tapi mereka turun kejalan alias demo, ya monggo.. ,

orasi pun di lantangkan dgn pembesar suara yang notabene butuh modal, ga masalah kalo urusan modal, krn IDI duitnya banyak..,.. kalo cuman sound system  sih.. bikin konser jg bisa..,, dgn bergantian seluruh perwakilan menaikkan oratornya, acara sesi foto memoto pun berlangsung.. disini terliat lg ratusan gadget nan canggih..bertebaran saling  berganti posisi.. orator naik pentas, menyanyikan suara nya , kejujurannya.. saya hanya mengelus dada , inilah kaum 'docere' yg ada di Indonesia..yg mendapat gelar 'tangan kanan' tuhan.. inilah rupa asli mereka ternyata.. *saya jadi ingat che guevara.. kalo liat dokter2 itu, kemudian ingat jg satu sosok tangan tuhan lain di papua sana, yg ga pake gadget canggih, dan ga pake pita hitam.. dan dipuja oleh warga sana laksana dewa..

di belahan lain, di dalam gedung, berkas perkara menumpuk, dari sabang sampai merauke.. disekitar ruang kerja, halaman depan, belakang, orang2 yg tidak begitu familiar saban hari hilir mudik..,, berkas2 terus dibuka, dibaca, di teliti dengan sedemikian rupa.. dari tingkat redaksi ampe tingkat konten dan konteks, sesekali staff sekretariat masuk mengantar berkas perkara. putusan terus dipersiapkan, diteliti, diketik, dibaca diteliti lagi.. setiap detail di perhatikan.. dari asas sampe akibatnya..,, dan tak pernah dihiraukan ancaman n tekanan dari berbagai sisi dalam memutus suatu perkara.. ,, demikianlah wakil tuhan bekerja.. (entah kalo wakil tuhan yg lain..)

jika tangan kanan tuhan berhadapan dengan tekanan nyawa manusia, maka wakil tuhan berhadapan dengan masa depan manusia, sungguh 2 profesi yg membutuhkan keilmuan mendalam.. bukan sekedar SOP, konsultasi, tapi keyakinan atas suatu hal, keyakinan yg memang murni dari keilmuan itu, bukan dari percampuran kepentingan tertentu, aplg hanya sekedar nama baik..

dan ketika yg satu yakin bahwa tidak bersalah, maka keyakinan itu harus didasari oleh keilmuan profesi mereka, apakah secara keilmuan mereka dapat diterima?? apakah pasien itu pantas meninggal?? apakah upaya menyelamatkannya sudah memadai?? apakah sesuai keilmuan nya upaya itu??

dan ketika satu profesi yakin bahwa tidak ada profesi yg diatas hukum maka akan bertemu 2 kutub pemikiran yg berbeda satu sama lain, dan itu membutuhkan putusan.. ,,

bukan masalah defensif medecine (toh dari dulu jg dah gitu..), bukan masalah kekakuan berpikir untuk menghukum orang tetapi lebih ke masalah kepastian hukum..,bagaimana mau memberikan keadilan kalo kepastian hukum nya terbengkalai,,

mungkin hukum akan kehilangan nuraninya bila mngutamakan kepastian hukum, tapi hukum akan kehilang ruh nya bila mengutamakan kepentingan tertentu,, hukum harus bergerak atas nama keadilan demi kepntingannya sendiri..

doktrin hukum beda dengan doktrin medik, sampe jaman kiamat ga akan ketemu.. krn pijakan berpikirnya yang beda, nah tugas hakim untuk menyatukan ini.., apakah hakim memutus bertentangan hukum> tentu tidak bisa, krn ada asas yg harus melingkupi sebuah putusan..,, pernahkah terpikir oleh para dokter bagaimana tekanan dan godaan yg dihadapi oleh hakim ketika memutus suatu perkara??

apakah putusan hakim dapat di pengaruhi oleh demo? kwkwkw, mungkin hakim bisa,tapi hukum tidak bisa.. krn area hukum bukan di disitu,  demo hanya mempengaruhi keputusan politik,, dan hukum tentu dipengaruhi oleh politik,, cara paling elegan daripada demo adalah mengajukan revisi atas KUHP di MK.  namun apakah hakim MK juga berpendapat bahwa ada profesi yg diatas hukum?? wallahu alam.

kesesatan berpikir di pihak lain, harusnya mendapat pencerahan.. sama ketika seorang hakim yg sakit dan berkonsultasi dengan dokter, si hakim pasti pasrah ketika  dokter dgn keilmuannya memberi vonis penyakit a,b,c dan d. apakah bisa hakim membantah penyakitnya??  apakah bisa hakim demo kepada dokter untuk mengubah jenis penyakitnya menjadi d,e,f dan g?

harusnya sesama profesi saling menghormati, bukan saling tekan menekan.. krn ini area profesional, maka tak sepantasnya diintervensi sedemikian rupa..,, akan lebih elok seandainya dokter demo tentang alkes, tunjangan , jam kerja atau pendidikan mahal..,

saya tidak membela siapapun atau menyudutkan siapapun, tapi hanya melihat dari sisi profesi. saya prihatin dgn kondisi  penunjang praktik profesi dokter.. tapi saya lebih prihatin mental dan isi kpala mereka.. akhir kata saya berharap, hakim menolak PK , krn bukan hukuman yg kita inginkan tapi keadilan, baik itu bagi hukum, pasien dan dokter itu sendiri..perkara akibat penolakan itu, pasti akan berdampak. dan semoga dampak itu mengarah ke perbaikan, semoga anggaran alkes semakin ditingkatkan, tunjangan di sesuaikan, dokter makin kritis terhadap alkes di rumahsakit, pasien pun mendapatkan seharusnya, meski ia jamkesmas, askes,jamsostek dan umum.

tak ada profesi diatas hukum.. semoga hukum senantiasa untuk keadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun