Mohon tunggu...
Jebe Dua
Jebe Dua Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

accidental entrepreneur komentator tinju

Selanjutnya

Tutup

Money

Dialog di Tempat Parkir

27 Mei 2012   00:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:44 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dua hari yang lalu, sepulang dari belanja keperluan untuk rumah tangga, sy mampir di tokonya Maspion di daerah Waru Sidoarjo. Istri masuk toko memilih-milih barang-barang yg diperlukan, biasa, piring gelas dan sekitarnya. Kami baru menambah bbrp pegawai, piring gelas yg ada  jadi tidak mencukupi. Saya sendiri memilih nongkrong nunggu di depan toko, kebetulan ada tukang sate yg sedang membakar sate dgn semangatnya. Sy mendekat. Maklum, bau sate selalu bikin orang lapar. Jangankan didekatnya yg tercium aroma sate, sekarang pun membayangkan sate dibakar saja sudah bikin lapar.

Saya cuma berdiri di dekat gerobak satenya. Mengamati. Kok daging satenya rada beda dgn sate ayam dan kambing yg biasanya ya? seperti ginjur2, entah itu yg dibakar daging bagian mana? jadi ngeri juga. Secara tidak sadar sy jadi mengeryitkan kening. Eh, tahu-tahu si tukang sate malah negor duluan;

"darimana bos?" (jiah, sok akrab sekali orang ini menyapa, usianya 40-an lebih, logat Madura)
"ada, dari toko itu" (nunjuk ke toko maspion)

"belanja apa bos?" (wah kok ngejar)

"piring" (lagi malas jawab panjang, lebih tertarik mengamati sate, meskipun aromaya menggoda, tapi pemandangannya mengerikan)

"kok gak beli di sebelah sana itu saja bos?" (nunjuk supermarket Giant)

"parkirnya jauh, mesti jalan lagi, kalo ini kan tinggal brenti depan toko" (mulai melayani pertanyaannya)

"tapi disana parkirnya gratis lho bos, disini mesti bayar 2000 perak" (lho hebat jg pertimbangannya, ak gak pernah mikirin ada biaya parkir, pertimbangnannya cukup detail)

"lha sampean sendiri knp gak jualan sate disana? disana kan lebih rame"

"diusir satpol PP bos" (lho, baru tahu satpol PP ngobrak pelataran parkir swasta, tapi ini baru terpikir skrg, kemaren tidak terpikir)

"kalo jualan dipertokoan sini dibolehin ama satpol PP? ak sering kesini kok gak pernah lihat sampean jualan?"

"ya ndak boleh bos, tp disini gampang kaburnya kalo satpol datang" (dia cengar cengir)

"oooo"

"tinggal dimana bos?"

"di deket masjid situ"

"lho sy dulu jualan disitu bos"

"masak? disitu ada yg jualan sate langganan sy itu"

"bener bosss, sy diusir satpol PP disituuuu"

"lha kok sekarang ada yg jualan sate disitu?"

"itu sodaranya satpol PP itu bosss, politik bosss, sy diusir biar sodaranya bisa jualan disituuuu"

"oooo" (membatin, beneran ta? ada politik spt ini? kebetulan ditempat tsb pernah jadi langganan sate sy)

Eh itu nyonyah sudah keluar. Saya pamit dulu. "Ok pak, tak tinggal dulu." Gak beli satenya. Lha bgmn? sy pada dasarnya suka makan dimana saja, suka mencoba makan apa saja, tapi kadang penampilan daging yg mengerikan spt itu bisa bikin keder juga hehehe.... tadinya waktu mencium aroma nya sih sudah tertarik. Begitu mendekat, kendor deh napsunya. Selamat hari Minggu. Lagi mikir mau jalan kemana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun