Iman, dengan keseluruhan, bukanlah kepastian yang statik maupun kepercayaan yang buta tapi sesuatu yang bisa diafirmasi dengan keraguan. Gordon Allport, sebuah psikolog yang diketahui sebagai orang yang bergairah kepada hal tentang agama berpendapat bahwa iman yang matang berkembang melalui serangkaian keraguan dan afirmasi.Â
Bagi Allport, Iman itu bukanlah tanda kelemahan iman, melainkan indikasi keimanan yang hidup dan bertumbuh. Keraguan menantang keyakinan dangkal yang menerima jawaban yang sederhana untuk mendorong orang-orang dengan kepercayaan diri mereka sendiri untuk mengembangkan hubungan yang tangguh dengan apa yang mereka anggap paling utama.
Sebaliknya, menurut Daniel Batson dalam studinya mengenai Measuring Religion as Quest, bagi orang yang mereka yang menganut pendekatan iman yang "tertutup" atau "dogmatis" cenderung menyembunyikan keraguan, karena hal itu mengancam sistem kepercayaan mereka yang kaku. Temuan Batson menunjukkan bahwa pendekatan iman yang berorientasi pada pencarian, yang ditandai dengan keterbukaan terhadap keraguan, sering kali mengarah pada pengalaman spiritual yang lebih dalam dan bermakna.
Hal ini mendorong sikap rendah hati, keterbukaan, dan pertumbuhan yang berkelanjutan, karena keraguan berfungsi sebagai pelindung terhadap penyembahan berhala dan sebagai motivator untuk mencari iman yang lebih dalam dan reflektif.
Dalam perjalanan iman, keraguan bukanlah akhir yang harus ditakuti, melainkan langkah pertama yang perlu dirangkul. Seperti menguji emas untuk memastikan kemurniannya, keraguan membantu kita menguji dan memperkuat keyakinan kita. Menghadapi keraguan dengan keberanian dan kejujuran memungkinkan kita untuk tidak hanya mengejar kebenaran, tetapi juga memperdalam hubungan kita dengan apa yang paling kita yakini.
Jika Anda merasa ragu, ketahuilah bahwa Anda tidak sendiri. Bahkan iman yang paling kuat akan diuji dan direfleksikan sepanjang hidup. Daripada menutup pintu pada keraguan, kita diajak untuk membuka diri terhadap pertanyaan, menjelajahi keyakinan kita dengan kerendahan hati, dan memperkuat iman yang lebih hidup dan autentik.
 Justru dengan merangkul keraguan, kita menemukan makna yang lebih dalam dan pertumbuhan yang sejati. Jadi, jangan takut untuk mempertanyakan. Karena di balik setiap pertanyaan, ada peluang untuk menemukan kebenaran yang lebih besar.
***
Referensi:
Allport, G. (1950). The Individual and His Religion: A Psychological Interpretation. Michigan: Macmillan.
Batson, D. (1991). Measuring Religion as Quest: 1) Validity concerns. Journal for the Scientific Study of Religion, 416-429 .