Pesta olahraga se-Asia, Asian Games ke-18 yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang sejak tanggal 18 Agustus lalu akhirnya usai dan resmi di tutup tanggal 2 September kemarin di Gelora Bung Karno. Â Pesta olahraga yang diikuti oleh 45 negara di Asia dengan jumlah atlet sebanyak 11,000 dan mempertandingkan 40 cabang olahraga ini meninggalkan banyak kisah menarik.Â
Mulai dari acara pembukaan yang spektakuler, bersatunya dua Korea dalam naungan bendera unifikasi, fenomena Jojo (atlet bulutangkis Jonatan Christie), fenomena Bambang Hartono, atlet tertua dan orang terkaya di Indonesia yang meraih medali perunggu; sampai pelukan pesilat Hanifan Yudan, yang 'mempersatukan' Jokowi dan Prabowo.Â
Sejumlah media asing menyoroti Indonesia selaku tuan rumah. Banyak ulasan dan tanggapan positif yang diberikan kepada Indonesia dari sisi penyelenggaraan dan tuan rumah. Secara umum Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang disebutkan sebagai Asian Games terbaik sepanjang sejarah. Â
Bahkan surat kabar ternama Amerika Serikat The New York Times, yang melansir kantor berita AS The Associated Press (AP), memasang tajuk berita berjudul: "Asian Games Close: Indonesia Shows It's the 'Energy of Asia'", yang rilis pada 2 September. Â "Syekh Ahmad al-Fahad al-Sabah dari Kuwait, Presiden Dewan Olimpiade Asia, mendapat tepuk tangan meriah ketika ia menyatakan kalimat kepada seisi stadion yang penuh, berupa: 'Terima kasih Jakarta, terima kasih Palembang. Kalian berhasil',".
 Indonesia tidak hanya 'berhasil' sebagai penyelenggara dan tuan rumah, namun juga 'berhasil' sebagai peserta Asian Games dengan menempati peringkat ke-4. Secara total, Indonesia meraih 98 medali dengan rincian 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu. Hasil tersebut membuat Indonesia menjadi satu-satunya negara dari kawasan Asia Tenggara yang berhasil mengakhiri Asian Games 2018 di posisi 10 besar.Â
Tentu saja prestasi ini merupakan lompatan besar bagi bangsa kita, yang ketika Asian  Games ke-17 di Incheon - Korea Selatan tahun 2014 yang lalu, hanya berhasil menduduki peringkat ke-17 dengan perolehan 4 medali emas saja.  Tentunya kita patut berterima kasih kepada para atlet yang telah berjuang membela martabat bangsa dan mengharumkan negara; dan juga kepada Pemerintah Jokowi yang telah menaruh perhatian besar kepada dunia olahraga di tanah air. Â
Bisa dikatakan selama dua minggu penyelenggaraan Asian Games ini bangsa kita bersatu demi mendukung para atlet yang bertarung di medan laga dan berjuang demi bangsa, tanpa memandang perbedaan. Indonesia menurunkan lebih dari 900 atlet yang berasal dari barbagai agama, suku, dan ras.Â
Di berbagai media sosial maupun di lokasi pertandingan, siapapun atlet yang tengah berlaga, walaupun berbeda agama dan suku, mendapat dukungan penuh dari supporter yang juga majemuk. Seluruh bangsa ikut bangga ketika Defia Rosmaniar yang muslimah dan Lindswell Kwok yang asal Tionghoa meraih 2 medali emas pertama dari cabang olah raga Taekowndo dan Wushu. Â
Pun ketika Anthoni Ginting, mengalami cedera saat bertanding, semuanya ikut bersimpati ataupun ketika Jonatan Christie meraih emas, semua ikut bersorak. Â Asian Games telah menunjukkan wajah Indonesia yang sesungguhnya. Pesta olahraga ini telah membuktikan jati diri bangsa yang majemuk dan toleran. Â
Sebenarnya tidak hanya di ajang Asian Games; kebetulan dalam rangka peringatan HUT RI ke-73 pun, selama 2 minggu terakhir di bulan Agustus ini, diberbagai wilayah, baik di kota besar maupun di kampung -- banyak diselenggarakan berbagai macam pertandingan antar warga -- dari mulai lomba panjat pinang sampai lomba Poco-Poco -- yang diikuti oleh seluruh warga tanpa membeda-bedakan. Semuanya bersatu merayakan Hari Kemerdekaan. Â Tentunya iklim positif ini menjadi teladan bagi generasi muda bangsa. Â
Para orangtua bisa menanamkan semangat sportifitas untuk memupuk rasa cinta tanah air generasi muda. Â Bahwa semangat sportifitas bisa menjadi alat pemersatu bangsa. Bagaimanapun, semestinya ajang Asian Games kemarin bisa kita jadikan pembakar semangat menjaga persatuan bangsa. Â