Mohon tunggu...
Jean Fide
Jean Fide Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/SMA/SMAS Kolese Kanisius

Hanya seorang murid SMA Kolese Kanisius biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjembatani Perbedaan untuk Memperindah Bangsa

19 November 2024   08:52 Diperbarui: 19 November 2024   09:31 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Perdamaian bukanlah tidak adanya konflik, tetapi kemampuan untuk mengelola konflik dengan cara damai." -- Ronald Reagan  


Keberagaman sudah menjadi sesuatu yang sangat tidak asing untuk kita dengar pada saat ini. Di tengah kehidupan dunia saat ini, keberagaman sudah menjadi realitas yang tidak dapat dihindari. Namun, keberagaman itu sering kali melahirkan prasangka atau kesalahpahaman, terutama ketika kita tidak memahami latar belakang budaya atau keyakinan orang lain. Pada saat ini, toleransi kemudian memainkan peran penting tidak hanya sebagai sikap pasif untuk menerima perbedaan, tetapi juga sebagai langkah aktif untuk mengenal dan memahami kehidupan mereka yang berbeda dari kita. Salah satu cara untuk melatih toleransi ini adalah dengan terjun langsung ke dalam lingkungan yang berbeda.  

Kegiatan ekskursi ke Pesantren Nur El Falah memberikan pengalaman langsung untuk melihat kehidupan umat Islam dari dekat. Dalam dunia yang sering kali terpecah oleh sentimen agama, inisiatif seperti ini adalah langkah kecil tapi bermakna untuk membangun jembatan pemahaman. Toleransi sejati tidak hanya datang dari teori, tetapi juga dari pengalaman nyata. Dengan melihat, mendengar, dan merasakan bagaimana orang lain hidup, pengalaman ini menuntut untuk menghargai perspektif mereka. Seperti yang dikatakan oleh Eleanor Roosevelt, "Pikiran yang terbuka dapat melihat apa yang tidak dilihat oleh mata yang sempit."

Dalam kegiatan yang dilaksanakan di Pesantren Nur El Falah, bisa dilihat dan dirasakan bagaimana keseharian dari para santri dan santriwati dalam kehidupan di sekolah dan diluar sekolah. Kondisi di pesantren ini mungkin jauh berbeda jika dibandingkan dengan kondisi keseharian di perkotaan, apalagi kota besar seperti Jakarta. Udara pengap dan kotor Jakarta hampir jarang dan tidak pernah dijumpai di area pesantren ini. Kondisi yang sederhana dan simpel juga sangat jauh berbeda dengan kondisi gedung-gedung tinggi yang selalu berusaha menggapai langit yang tiada batasnya.

Suasana yang penuh kedamaian, itulah kesan pertama dari pesantren ini. Para santri tampak sibuk, tetapi tidak ada rasa tergesa-gesa. Semua dilakukan dengan ritme yang teratur, mulai dari belajar di kelas hingga melaksanakan ibadah di masjid. Salah satu hal yang unik adalah kedisiplinan mereka dalam menjalani rutinitas untuk beribadah . Hari mereka dimulai pada pukul 4:00 pagi untuk sholat subuh. Setelah itu, mereka melanjutkan aktivitas belajar hingga siang hari dan sholat Zuhur lalu beristirahat sebentar sebelum melanjutkan dengan ekstrakulikuler, sholat adzan dan diakhiri dengan kegiatan mengaji hingga pukul 21.00.

Sebagai seseorang yang terbiasa dengan jam tidur lebih panjang, mengikuti ritme ini menjadi tantangan besar. Rasa lelah sering menghampiri karena kebiasaan harus bangun dini hari cukup sulit untuk bisa dilakukan. Ini juga memunculkan rasa kagum dari para santri dan santriwati yang semangat dan giat dalam menjalani hari-hari mereka yang mungkin cukup monton. Kebiasaan ini menyadarkan pentingnya sikap disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 

Rutinitas di pesantren benar-benar berbeda dari kehidupan di kota sehari-hari. Di pesantren, ibadah menjadi pusat dari semua aktivitas. Sholat bukan hanya kewajiban, tetapi juga menjadi momen untuk memperkuat kebersamaan di antara para santri dan santriwati. Ketika azan berkumandang, semua santri dan santriwati harus segera menuju masjid dengan tertib tanpa keterlambatan karena alasan apapun. Masjid menjadi pusat kehidupan di pesantren, tempat mereka tidak hanya beribadah, tetapi juga mendengarkan ceramah dari ustaz dan guru besar yang memberikan nasihat yang cukup berharga.  

Pendidikan di pesantren juga memiliki nuansa yang berbeda. Meskipun kurikulum formal mereka tidak sepadat di sekolah di perkotaan yang mungkin sudah tidak berhubungan dengan kurikulum yang sudah cukup berbeda dan berkembang, mereka mendapatkan pendidikan agama yang mendalam. Ada pelajaran tentang tafsir Al-Qur'an, hadis, dan akhlak yang menjadi fondasi bagi kehidupan mereka. Para santri dan santriwati diajarkan untuk tidak hanya belajar demi nilai, tetapi juga demi pengembangan karakter. Hal ini terlihat dari cara mereka berinteraksi satu sama lain yang sopan, santun, dan penuh rasa hormat.  

Tidak hanya itu, pesantren juga menjadi tempat di mana ilmu agama diajarkan langsung oleh para guru besar yang memiliki pengetahuan mendalam. Ceramah-ceramah mereka di masjid penuh dengan makna dan inspirasi. 

Ekskursi ini membuka mata dan menumbuhkan rasa hormat yang lebih besar terhadap umat Islam. Sebagai generasi muda, sering kali muncul prasangka yang berasal dari kurangnya pengetahuan. Pesantren ini mengajarkan bahwa toleransi tidak hanya tentang menerima, tetapi juga menghormati dan menghargai. Beberapa santri juga mau berbagi cerita dan pengalaman mereka yang menunjukan bahwa perbedaan sebenarnya adalah kekayaan yang memperkaya kehidupan.  

"Perbedaan kecil dapat mengarah pada konflik besar jika tidak dipahami dengan baik." -- Mahatma Gandhi

Pengalaman ini membantu meningkatkan pemahaman bahwa perbedaan tidak harus menjadi pemisah, melainkan jembatan untuk saling belajar. Ini menginspirasi pentingnya dedikasi mereka terhadap kehidupan spiritual.  Ekskursi ini mengajarkan toleransi bukan hanya tentang keberadaan fisik di tengah-tengah perbedaan, tetapi tentang membuka hati dan pikiran untuk belajar dari orang lain. Dengan saling mengenal, kita tidak hanya menghapus prasangka, tetapi juga membangun rasa hormat yang tulus. Pada akhirnya, kegiatan ini mengingatkan bahwa dalam perbedaan, kita bisa menemukan kesamaan yang menyatukan kita semua sebagai manusia. Mari kita jadikan toleransi sebagai bagian dari kehidupan kita, bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai sebuah pilihan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun