Acara Natal dan Tahun Baru sudah selesai. Pasti seru kan ya selama Natal dan Tahun Barunya? Nah sekarang pasti sudah beberapa yang heboh mikirin Imlek nih. Imlek, yang merupakan kepanjangan dari Tahun Baru Imlek, adalah salah satu tradisi yang dirayakan oleh etnis Tionghoa. Selain Tahun Baru Imlek, ada banyak loh tradisi dan budaya yang dimiliki etnis Tionghoa, Yuk kita simak beberapa budayanya, sangat kaya loh.
Tahun Baru Imlek
Pastinya para pembaca familiar dengan ini. Ya, ini bahkan sudah dijadikan sebagai hari merah pada kalender kita. Tahun Baru Imlek sendiri tidak memiliki tanggal pasti terjadi, karena mengikuti kalender yang digunakan pada negara Republik Rakyat China (atau dikenal juga dengan Tiongkok), yaitu kalender bulan. Kalender bulan ini mengikuti waktu rotasi Bulan terhadap Bumi, sehingga tidak ada waktu yang pasti ataupun sama dengan kalender yang biasa kita gunakan. Namun, Imlek pasti terjadi pada awal musim semi di China.
Tradisi Imlek ini diyakini sudah dimulai sejak zaman Dinasti Shang sekitar 1.600 - 1.046 Sebelum Masehi (SM). Pada zaman itu, orang-orang melakukan upacara pengorbanan untuk menghormati leluhur. Tradisi Imlek juga disertai dengan legenda serangan monster bernama Nian. Nian sering digambarkan pada legenda sebagai sosok monster yang bergigi tajam dan memakan segala sesuatu, mulai dari manusia, hewan, bahkan hasil bumi yang menyerang setiap malam tahun baru. Konon, Nian tidak menyukai suara keras dan hal-hal berwarna merah. Oleh karena itu, orang-orang mulai memasang lampion merah, gulungan kertas, dan menggunakan bambu bakar untuk mengusir Nian.Â
Pada saat ini, Tahun Baru Imlek masih dirayakan dengan lampion merah, kertas-kertas merah, angpao, dan petasan serta tradisi-tradisi lainnya. Salah satu tradisinya merupakan pembagian angpao sambil memberikan salam ketika berkunjung ke orang yang lebih muda sebagai simbol peduli kepada sesama dan berbagi kegembiraan antar-sesama terutama yang belum mampu. Selain itu, angpau merupakan wujud ucapan syukur atas rezeki yang kita dapat selama setahun terakhir. Pemasangan lampion dipercaya bisa memberi jalan, menerangi rezeki, dan menghindarkan penghuni dari segala ancaman. Selama durasi perayaan Tahun Baru Imlek, atau 15 hari setelah perayaan hari Imlek, petasan dan kembang api juga digunakan dipercayai untuk bisa mengusir roh jahat.Â
Ada banyak tradisi juga seputar Tahun Baru Imlek, seperti pertunjukan barongsai yang dipercaya bisa membawa kemakmuran dan keberuntungan. Imlek juga sering dirayakan dengan cara berkumpul bersama keluarga dan memakan makanan khas Imlek, seperti pangsit, siu mie, lumpia, sup, ikan bandeng, kue keranjang, kue mangkok, manisan, buah-buahan, dan lain sebagainya. Makanan ini dipercaya juga akan melimpahi seluruh anggota keluarga dengan keberuntungan, kekayaan, kesehatan, dan juga bisa menjadi suatu sarana bagi keluarga dan sanak saudara untuk berkumpul bersama. Bagi warga beragama Konghucu, sembahyang leluhur juga dilakukan untuk menghormati arwah para leluhur. Ini biasa dilakukan deng
an menyajikan persembahan makanan, serta menyalakan dupa dan lilin. Warna merah yang digunakan juga punya artinya loh, yang melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, kekuatan, kemakmuran, kesatuan, dan rezeki. Selain itu, warga Tionghoa juga memiliki aturan ketat untuk membersihkan rumah saat Imlek. Satu hari sebelum Imlek, bersih-bersih rumah dilakukan untuk membuang segala keburukan dan nasib buruk selama satu tahun sebelumnya. Namun selama Imlek, bersih-bersih rumah tidak boleh dilakukan karena dipercaya membuang rezeki yang didapatkan selama masa Imlek itu ke penghuni rumah. Warga Tionghoa juga sering membaca shio sebagai prediksi dan gambaran bagaimana kehidupan mereka dalam setahun kedepannya, mulai tentang percintaan, karier, kesehatan, dan keuangan. Hasil ramalan ini dijadikan sebagai sebuah acuan dalam kehidupannya.ÂCap Go Meh
Perayaan Cap Go Meh ini masih ada hubungannya dengan perayaan Imlek yang sudah dibahas sebelumnya. Cap Go Meh, yang berarti malam kelima belas, dilaksanakan 15 hari setelah hari raya Tahun Baru Imlek.Â
Kebiasaan Cap Go Meh ini dilakukan sejak abad ke-7 Masehi, yaitu pada dinasti Han di Tiongkok. Sejumlah biksu menjadikan hari ke-15 sebagai tradisi mereka untuk menyalakan lentera untuk menghormati Sang Buddha. Ritual ini kemudian diikuti oleh seluruh penganut Buddha, yang kemudian diadopsi menjadi festival bagi etnis Tionghoa.Â
Cap Go Meh dirayakan dengan merayakan parade, menyaksikan penampilan barongsai, dan menyalakan lentera sebagai acara utama dari Cap Go Meh. Banyak keluarga juga yang merayakan ini dengan berkumpul bersama keluarga dan memakan lontong Cap Go Meh.Â
Festival Cheng Beng atau Festival Qingming
Festival Cheng Beng ini biasa dirayakan 15 hari setelah Ekuinoks Musim Semi, biasanya antara 3 sampai 5 April. Nama festival ini diambil dari kata "Qing" (bersih), dan "Ming" (jernih), yang melambangkan harapan baik saat berkunjung ke kubur. Terdapat beragam versi sejarah asal usul dari Festival Cheng Beng ini, namun semuanya memiliki makna dan inti cerita yang sama, yaitu menghormati orang yang sudah meninggal.Â
Selama Festival Cheng Beng ini, masyarakat Tionghoa melakukan ziarah ke makam leluhur, membersihkan kubur, membakar kertas, membawa bunga untuk ditabur, dan meletakkan persembahan kepada anggota keluarga yang telah meninggal. Di Tiongkok sendiri, hari Cheng Beng dijadikan sebagai hari libur sehingga ziarah kubur bisa dilakukan sejak pagi dan sebelum tengah hari. Tujuan utama dari perayaan ini adalah memperingati dan menghormati leluhur dan menjadi sarana reuni bagi para anggota keluarga.Â
Festival Duan Wu Jie / Peh CunÂ
Mungkin festival yang ini sudah lumayan familiar atau sering didengar. Peh Cun dilakukan pada tanggal 5 bulan 5 pada kalender Imlek. Festival Peh Cun ini banyak dikenal sebagai festival makan Bak Cang dan festival perlombaan Perahu Naga.Â
Festival ini memiliki latar belakang yang cukup sedih, yang menceritakan kisah Qu Yuan, penasehat Kerajaan Chu bagi Raja Huai yang memerintah dari 328 SM sampai 299 SM. Kepandaian dan kejujuran Qu Yuan membuat banyak pejabat korup yang iri dan ingin menyingkirkan Qu Yuan.Â
Di saat yang sama, terdapat perang antara Kerajaan Chu dengan Kerajaan Qin yang awalnya menjalin hubungan baik. Saat perang ini, Kerajaan Qin meminta dilakukan perdamaian melalu genjatan senjata. Meskipun sudah dinasihati oleh Qu Yuan untuk tidak menghadiri acara itu, namun Raja Huai menghiraukan nasehat Qu Yuan dan mengikuti bujukan dari para pejabat, sehingga Raja Huai ditangkap saat tiba di pertemuan dan meninggal tiga hari kemudian.Â
Karena Raja Huai meninggal, maka anak-anaknya diangkat menjadi raja dan perdana menteri. Mereka langsung mengusir Qu Yuan dari istana, dan Qu Yuan kemudian mengabdikan hidup pada rakyat dan membantu rakyat. Banyak rakyat yang kemudian mencintai dan menghormati Qu Yuan. Pada 278 SM, Qu Yuan mendengar berita bahwa ibukota Kerajaan Chu telah dikuasai oleh Kerajaan Qin dan sangat berduka.Â
Qu Yuan sangat menyesal karena tidak bisa melakukan satu hal pun untuk menyelamati Kerajaan Chu, sehingga memutuskan untuk bunuh diri dengan menceburkan diri pada sungai Miluo. Banyak orang berusaha mencari jenazahnya, namun jenazahnya tidak ditemukan sehingga mereka membungkus nasi dengan daun dan melemparkannya ke sungai agar ikan-ikan tidak memakan jenazah Qu Yuan. Kebiasaan ini yang menjadi asal dari Peh Cun.
Selama Festival Peh Cun, ada banyak hal yang biasa dilakukan oleh warga Tionghoa, seperti lomba perahu naga, makan Bak Cang, mandi di tengah hari, dan banyak kepercayaan lainnya. Dalam Festival ini, ada juga kepercayaan-kepercayaan dari tradisi, seperti menyembuhkan penyakit setelah meminum air atau menggunakan air itu untuk mandi setelah dimasak. Selain ini, ada banyak juga variasi kegiatan yang dilakukan, namun tiga kegiatan ini adalah kegiatan yang paling sering dijumpai.
Nah ini dia beberapa budaya yang dilakukan oleh orang etnis Tionghoa. Gimana menurut kalian? Apakah mungkin kalian familiar dengan budaya-budaya ini? Sebagai warga dunia, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga kelestarian budaya. Maka diharapkan budaya-budaya yang tak kalah indahnya ini juga tetap dijaga keberlangsungannya demi masa depan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H