Mohon tunggu...
Jean Aipassa
Jean Aipassa Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Selalu pengen nulis...nulis... n nulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepiring Nasi Goreng Gila ...

28 April 2014   19:18 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:06 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEPIRING NASI GORENG GILA

Kulangkahkan kaki ini menuju ke sebuah café langgananku, tepat di seberang kantorku. Kupesan sepiring nasi goreng ‘gila’ yang menjadi makanan favorite-ku di café ini, dan segelas es teh manis dengan kucuran jeruk lemon, akan terasa segar di siang bolong hari ini.

“Mbak, saya pesan nasi goreng seperti itu, ya…”

Tiba-tiba, perhatianku tertuju pada sosok laki-laki bertubuh atletis dengan muka yang… hmm... cukup lumayan, duduk tepat di sebelah meja makanku, memesan nasi goreng sambil tangannya menunjuk ke arah piring yang tergeletak di depanku. Wah... tertarik juga dia dengan nasi goreng ‘gila’ yang menjadi kegemaranku, gumamku dalam hati.

Tak terasa, satu jam sudah aku berada di café ini, waktunya kembali berkutat dengan pekerjaan yang menumpuk di meja kerjaku.

“Arini … bisa kamu ke ruangan saya, sekarang?!” tiba-tiba Pak Ricky memanggilku melalui telepohone yang mejeng berdiri di atas meja kerjaku.

“Baik, Pak!” kujawab singkat. Sambil kuberdiri dan melangkahkan kaki menuju ruang kerja Pak Ricky, sambil membawa laporan yang telah dimintanya sejak pagi tadi.

“Masuk!” terdengar suara Pak Ricky menyuruhku masuk.

Ada sesuatu yang menjadi perhatianku saat aku telah berada di dalam ruangan Pak Ricky. Terlihat sosok laki-laki yang pernah kulihat sebelumnya… dan akhirnya aku pun teringat, dia adalah sosok laki-laki yang menunjukkan tangannya ke arah nasi goreng ‘gila’ milikku, di café langgananku saat makan siang tadi.

“Silahkan duduk, Arini. Kamu bawa laporan yang saya minta tadi pagi?” Pak Ricky, tanpa berbasa basi, langsung menagih laporannya.

“Ini, Pak… saya sudah kerjakan sesuai dengan yang Bapak minta.” Kuletakkan laporan hasil kerjaku di meja Pak Ricky, sambil aku pun duduk tepat di sebelah sosok laki-laki yang menjadi perhatianku, hari ini.

“Kenalkan, Arini, ini Pak Raffy. Beliau akan menjadi pengganti saya, di sini. Karena mulai bulan depan, saya akan di tugaskan di bagian lain. Kamu sudah dengar beritanya, khan?” Aku pun menganggukkan kepala kepada sosok laki-laki yang diperkenalkan oleh Pak Ricky.

“Ooo… iya Pak! Selamat ya Pak, untuk kenaikan jabatannya, semoga Bapak suskses menjadi Vice President kami. Dan perkenalkan, saya Arini… saya sekretaris Pak Ricky.” Aku pun mengulurkan tangan ke arah sosok laki-laki yang telah kuketahui namanya, ‘Pak Raffy.’

“Nanti, kamu bukan lagi sekretaris saya, tapi kamu akan menjadi sekretaris Pak Raffy. Bekerja yang baik ya, Arini! Sukses untuk kalian.” Dengan berdiri, Pak Ricky memberi penjelasan dan memberi selamat kepadaku dan Pak Raffy.

Setahun telah berlalu… entah bagaimana awalnya, ternyata Tuhan telah memberikan sosok laki-laki impian untuk hidupku. Kini…aku bukan lagi sekretaris Pak Raffy, di kantor. Tapi, aku telah menjadi sekretaris pribadi, untuk Pak Raffy, di rumah.

Yang kuingat, ketika Pak Raffy terbaring sakit, hanya aku yang mengurusnya. Karena, ternyata Pak Raffy adalah seorang anak yatim piatu yang pernah tinggal di panti asuhan, tapi akhirnya memutuskan berjuang di jalanan, sampai bisa menuntaskan pendidikannya dari hasil keringatnya sendiri. Dan satu hal yang selalu dikatakan oleh Pak Raffy, “aku tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu, karena Ibu meninggal saat melahirkanku, suatu saat, aku ingin merasakan kasih sayang seorang Istri sekaligus kasih sayang seorang Ibu, dari anak-anakku.”

Kata-kata itu pernah kudengar sebelumnya, ya… ternyata Pak Raffy, adalah temanku, saat kami berada di sebuah panti asuhan. Aku pun telah menjadi yatim sejak kecil, dan ibu menitipkanku di panti asuhan setelah kemudian meninggalkanku, untuk menikah lagi.

Jodoh itu memang tidak terduga, sepiring ‘nasi goreng gila’ bisa mempertemukan kami berdua. Janjiku, aku akan memberikan kasih sayangku, untukmu Pak Raffy, suamiku tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun