Jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Ingatkah kita akan semboyan presiden pertama RI, Ir. Soekarno? Beberapa patah kata itu diperdengarkan pada pidatonya yang terakhir tepat pada Hari Ulang Tahun (HUT) RI tanggal 17 Agustus 1966. Istilah dari semboyan itu populer di kalangan negeri karena maknanya yang mendalam bagi semangat persatuan bangsa.
Siapakah tokoh-tokoh yang dimaksudkan Ir. Soekarno saat ia mengucapkan kata-kata itu? Tokoh-tokoh yang dimaksud adalah generasi yang akan membangun bangsa di masa depan. Pemuda dan pemudi tanah air yang akan berjuang dengan satu sama lain. Kita termasuk bagian dari pemuda-pemudi yang memegang keputusan dalam memajukan bangsa. Tetapi dengan perkembangan jaman yang sekarang ini terus terjadi, dapatkah kita tetap membawa sejarah bangsa ke era yang baru?
Pada kenyataannya, peran pemuda-pemudi yang selama ini telah berjuang demi kemerdekaan ataupun mempertahankan kemerdekaan itu sendiri juga banyak dilupakan. Seiring perjalanan bangsa yang awalnya teguh dan bersatu, masyarakat kini tidak lagi mengutamakan ikatan kebangsaan yang didasarkan kepada Pancasila, nilai-nilai luhur dan kebudayaan lokal.
Walaupun sejarah perjuangan bangsa diwarnai dengan penjajahan yang kejam dan tragis, kepeloporan pemuda-pemudi pada saat itu tidak dapat kita lupakan. Karena kesadaran dari pendahulu bangsa, kita akhirnya dapat menikmati kemerdekaan yang berharga dan harus dijaga. Semangat untuk mengabdi kepada bangsa, pelayanan oleh rakyat dan pengorbanan tanpa pamrih adalah beberapa contoh dari figur pergumulan yang dimiliki sejarah bangsa.
Gebrakan-gebrakan akan perwujudan kemerdekaan yang sekarang ini kita rasakan adalah salah satu bentuk tindakan yang menghargai sejarah. Sebagai pemuda-pemudi bangsa yang memegang masa depan Indonesia, kita bukan hanya memerlukan strategi-strategi yang terdepan dalam menciptakan kemajuan. Kita juga membutuhkan sejarah sebagai penyokong dalam menghadapi betapa masif-nya tantangan untuk mempertahankan apa yang kita miliki sampai sekarang.Â
Tanpa kita sadari, sejarah perjuangan bangsa semakin hari semakin dilupakan pemuda-pemudi yang seharusnya membangkitkan aspek-aspek penting bagi Indonesia, termasuk sejarahnya. Kini, para pemuda-pemudi lebih berfokus kepada hal-hal yang menunjang pembangunan bangsa. Kita, sebagai generasi penerus bangsa adalah agent of change, agent of development, dan agent of modernizations. Sebagian besar kelompok pemuda-pemudi bangsa berorientasi untuk memajukan kondisi kesejahteraan masyarakat dan memberi kesan yang baik di kancah dunia.
Peran pemuda-pemudi masa kini adalah untuk mengarahkan masyarakat menuju perubahan, menggerakkan perubahan itu sendiri, mengembangkan pembangunan baik dalam bidang-bidang kemasyarakatan ataupun kenegaraan, dan meningkatkan kualitas atau mutu masyarakat agar bisa bersaing di segi internasional. Tetapi apakah itu semua cukup? Apakah pemuda-pemudi masa kini hanya bertujuan untuk memajukan bangsa dan melupakan sejarahnya? Tentu saja tidak.
Pemuda-pemudi masa kini juga berperan sebagai pembangkit semangat diantara masyarakat agar tetap bersatu padu dalam semangat mempertahankan kebudayaan dan sejarah terdahulu. Pencapaian-pencapaian dan prestasi yang diterima pemuda-pemudi tidak luput dari perjuangan yang memotivasi dan menjadi tonggak sejarah bangsa kita. Peran aktif yang harus kita berikan yaitu untuk tetap menjaga kesatuan, menjunjung tinggi Pancasila dan nilai-nilai budaya serta mempersembahkan penghormatan kepada sejarah bangsa.
Semua itu bisa dilakukan dari masa muda, contohnya dengan berbakti kepada orangtua, mempelajari sejarah bangsa dan menerapkan pemahaman karakter tokoh sejarah dalam kegiatan sehari-hari. Persiapan-persiapan yang diperlukan pemuda-pemudi sangat penting dalam menjadi generasi penerus bangsa. Perkembangan jaman yang semakin pesat bukan hanya membawa Indonesia selangkah lebih dekat pada cita-cita bangsa, perkembangan itu juga mengikis semangat pemuda-pemudi dalam melestarikan pengetahuan akan sejarah.
Persiapan diri ini dapat digunakan sebagai pencegahan lunturnya sejarah, atau sebagai perbaikan kondisi masyarakat yang berada di ambang kehancuran. Kesempatan pemuda-pemudi untuk mempersiapkan diri harus turut didukung oleh pemerintah, agar giat memanfaatkan media informasi pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk memelihara kebudayaan dan sejarah bangsa.
Walaupun sudah banyak dilakukan pelestarian historis, ternyata tingkat kesadaran terhadap sejarah bangsa di Indonesia masih rendah. Hal ini diungkapkan sastrawan berdarah Indonesia-Belanda, Adriaan van Dis saat diwawancarai Harian Belanda NRC Handelsblad. Beliau mengungkap bahwa masyarakat Indonesia semakin buta sejarah. Van Dis juga mengatakan bahwa orang-orang Indonesia pada umumnya tidak meminati sejarah negaranya sendiri, dan lebih menyukai mitos dan fantasi nasionalisme. Beliau bahkan mengatakan bahwa kadar intelektual cendekiawan Indonesia masih sangat kurang.
Menanggapi pernyataan Adriaan van Dis, banyak sekali masyarakat Indonesia yang mendukung dan menolak gagasan perwira Hindia-Belanda itu. Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar masyarakat yang menolak ide tersebut berasal dari kaum terpelajar dan merupakan sejarawan Indonesia. Meski tafsiran Adriaan van Dis merujuk pada era Orde Baru yang lebih mementingkan rezim, tetapi sesungguhnya kita bisa melihat sendiri bagaimana tingkat kesadaran historis pemuda-pemudi bangsa saat ini.
Masih banyak pemuda-pemudi yang belum mau memanfaatkan IPTEK untuk mengulik sejarah bangsa dalam kesehariannya, atau bahkan melupakan fakta-fakta penting yang berkaitan dengan sejarah. Menempatkan sejarah sebagai acuan pemuda-pemudi adalah suatu cara yang bisa dilakukan di sekolah-sekolah dalam rangka memaksimalkan tingkat kesadaran sejarah bangsa. Misalnya, pemuda-pemudi tidak hanya mempelajari sejarah sebagai suatu masa lampau yang perlu diperingati, tetapi juga bisa mengkritisi bagian-bagian sejarah yang perlu dikagumi dan dipertanggungjawabkan sebagai proses pencapaian di masa kini dan masa depan bangsa.
Apa saja yang perlu dipersiapkan pemuda-pemudi dalam menghadapi masa depan? Menghadapi masa depan artinya pemuda-pemudi bangsa harus belajar mempersiapkan setiap kondisi-kondisi yang akan terjadi, baik kondisi yang sifatnya positif maupun negatif. Dalam menanggapi kondisi itu pemuda-pemudi harus memiliki bekal pendidikan yang tepat. Dengan pendidikan, pemuda-pemudi berkesempatan untuk meningkatkan sisi kreatif dalam dirinya. Kreativitas itu sendiri menjadi kunci untuk menguak potensi-potensi dalam proses menciptakan inovasi yang besar.
Selain pendidikan, pemuda-pemudi harus memiliki nilai-nilai moral dan karakter yang berdasarkan Pancasila dan kebudayaan bangsa. Kemajemukan yang menjadi kelebihan bangsa dapat menjadi bumerang yang meruntuhkan bangsa. Maka dari itu dengan nilai-nilai moral dan karakter yang benar, harapan bangsa untuk tetap bersatu dalam keragaman dapat diwujudkan.
Apalagi, di era digital ini pemuda-pemudi semakin ditantang untuk memilih kepentingan bangsa atau diri sendiri. Kita sebagai pemegang masa depan bangsa harus berani memilih yang benar, termasuk identitas atau jati diri Indonesia. Jati diri itu sendiri merupakan kebudayaan dan sejarah bangsa, namun terkadang pemuda-pemudi masih belum bisa memprioritaskan kepentingan bangsa dibandingkan dengan diri sendiri.
Bagaimana kita bisa mengubah persepsi tentang kepentingan bangsa itu, supaya kita menjadi pemuda-pemudi yang nasionalis dan patriotis? Banyak cara yang dapat dilakukan tetapi tidak semuanya efektif, semua itu tergantung dari dalam diri pemuda-pemudi bangsa. Pemuda-pemudi harus bisa memilih untuk mengubah persepsinya sendiri, bahwa kepentingan bangsa sama dengan kepentingan dirinya dan masyarakat di sekitarnya.
Pemuda-pemudi itu tidak bisa dipaksa untuk menjadi masyarakat yang nasionalis dan patriotis. Sifat itu harus tumbuh dengan sendirinya dengan pendekatan yang tepat. Pendekatan itu bisa dilakukan di ranah yang kecil seperti keluarga, dan yang lebih besar di lingkungan sekitar. Pemuda-pemudi masa kini harus memiliki komitmen untuk yang konsisten untuk tetap mengutamakan persatuan bangsa, cinta tanah air, dan memiliki jiwa kepahlawanan. Lembaga pendidikan sekarang ini juga perlu memberdayakan pemuda-pemudi untuk memiliki sifat nasionalis dan patriotis.
Salah satu cara yang baik untuk memberikan contoh kepada pemuda-pemudi masa kini agar bisa menghidupkan sisi nasionalis dan patriotisnya adalah dengan menunjukkan peristiwa konflik-konflik yang terjadi oleh karena perpecahan dan dampak negatifnya. Dengan kesadaran akan peristiwa itu, pemuda-pemudi akan tergerak untuk menangkal dam mengantisipasi potensi terjadinya konflik.
Semangat pemuda-pemudi yang nasionalis dan patriotis itu bisa terlihat dari tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap bangsa dan masyarakat di sekitarnya. Contoh semangat nasionalis dan patriotis para pemuda-pemudi jaman dahulu dapat dilihat dari peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Yang akan terjadi di masa depan adalah perubahan yang bisa melunturkan identitas bangsa, dan bangsa yang menutup mata terhadap sejarah lama-kelamaan akan menghadapi kehancurannya sendiri.
Dengan begitu kita dapat bertanya kepada diri sendiri, apa yang sudah kita lakukan untuk membawa sejarah dalam kemajuan yang akan datang? Apakah kita termasuk sebagian dari pemuda-pemudi yang tidak ikut andil dalam mewarnai masa depan bangsa dengan sejarahnya? Bagaimana masa depan bangsa bila kita sebagai generasi penerus melupakan sejarah dan budaya sendiri? Jawaban-jawaban untuk pertanyaan itu bisa menjadi titik awal untuk perubahan ke arah yang lebih baik.
Kita sadar bukan bahwa masa depan bangsa bergantung pada sejarahnya? Karena itu mulai sekarang, sebagai pemuda-pemudi yang akan membangun bangsa kita harus bertumpu pada kenyataan sekarang kita alami. Kita adalah harapan bangsa yang akan membawa Indonesia menuju cita-citanya. Tetapi terlebih dahulu kita harus menyadari apa yang timbul dari langkah yang kita pilih demi tercapainya cita-cita, yaitu cara cepat yang berujung kehancuran historis atau perjuangan keras untuk tetap merawat sejarah bangsa diantara pemuda-pemudi.
Sejarah bangsa adalah bagian dari eksistensi yang perlu kita apresiasi dan jaga. Dari sejarah kita belajar banyak hal, dan tanpa sejarah bangsa kita tidak akan sama seperti sebelumnya. Bisa kita bayangkan tantangan-tantangan yang lebih besar timbul di masa depan, dan apa yang akan terjadi bila pedoman kita selama ini ternyata sejarah yang kita tinggalkan. Sebagai pemuda-pemudi yang terpelajar dan punya lebih banyak kesempatan, seharusnya kita malu pada tokoh-tokoh pahlawan bangsa bila kita menghapus sejarah yang melahirkan kita.
Maka dari itu, mari kita lebih peka untuk menjadi pribadi yang lebih kreatif, penuh ide, nasionalis dan patriotis. Jadilah penerus yang mau mengasah kemauan untuk bercita-cita, rela berkorban demi meraih cita-cita dan tidak melupakan perjuangan yang dihadapi selama mewujudkan cita-cita tersebut.
Referensi :
Redaksi-kabarindonesia. (2012, Januari 11). Orang Indonesia Buta Sejarah. Diambil kembali dari Kabar Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H